Menu

Mode Gelap

Berita · 7 Des 2025 23:08 WIB

10 Kota Terkotor di Dunia 2025 Menurut Wisatawan, Indonesia Tidak Masuk Daftar


 10 Kota Terkotor di Dunia 2025 Menurut Wisatawan, Indonesia Tidak Masuk Daftar Perbesar

PROLOGMEDIA

Ketika kita memikirkan destinasi wisata idaman — jalanan berbatu di Eropa, landmark bersejarah, atau kilau lampu malam di kota besar ternama — biasanya yang terbayang adalah keindahan, kemegahan, dan cerita. Tapi tahukah Anda? Beberapa kota paling populer di dunia justru belakangan ini mendapat cap sebagai “kota terkotor” menurut wisatawan. Tren ini muncul dari survei ulasan wisatawan — membuat kita menatap ulang bagaimana kebersihan bisa menjadi faktor penting dalam pengalaman liburan.

 

Baru‑baru ini, perusahaan penyimpanan bagasi global Radical Storage merilis hasil analisa terhadap lebih dari 70.000 ulasan Google terkini yang ditulis oleh turis dari seluruh dunia. Ulasan‑ulasan itu berasal dari 10 objek wisata terpopuler di masing‑masing dari 100 kota teratas dalam indeks destinasi global milik Euromonitor. Dari kata‑kata wisatawan yang secara eksplisit menyebut “bersih” atau “kotor,” Radical Storage menghitung persentase keluhan terhadap kebersihan — lalu menyusun peringkat kota “paling kotor.” Hasilnya cukup mengejutkan.

 

Ternyata, dari sekian banyak destinasi iconic dan ramai dikunjungi, banyak di antaranya mendapat skor keluhan kebersihan yang tinggi — sampai menempatkan mereka dalam daftar 10 kota terkotor di dunia. Dan menariknya: tidak ada satu pun kota dari Indonesia yang masuk ke daftar tersebut.

 

Mari kita susuri satu per satu kota dalam daftar itu — dan mengapa mereka mendapat cap tersebut.

 

 

 

🔝 1. Budapest, Hungaria — Kota Paling “Kotor” di Dunia 2025

 

Menempati posisi puncak, Budapest mencatat sekitar 37,9 persen ulasan terkait kebersihan berisi komentar negatif: sampah berserakan, jalanan kotor, dan perawatan kota yang dianggap buruk.

 

Wisatawan melaporkan bahwa meski kota ini memesona dengan arsitektur klasik, sungai yang indah, dan suasana kota yang romantis, kenyataan di lapangan — terutama di area wisata — kerap mengecewakan. Menurut Radical Storage, penyebab utamanya adalah ledakan pariwisata: seiring semakin banyak pengunjung, beban pada sistem pengelolaan sampah dan kebersihan publik membengkak — dan pengelola kota tampaknya kesulitan mengejarnya.

 

Hasilnya: trotoar dan area turis yang dulu memesona kini terasa berantakan, memberi rasa “tidak nyaman” bagi banyak pengunjung.

 

 

 

2. Roma, Italia — Keindahan Sejarah vs Realitas Kotor

 

Kota Abadi ini — dengan reruntuhan kuno, piazza klasik, dan warisan sejarah dunia — ternyata menyimpan sisi kelam dari sudut pandang kebersihan. Sekitar 35,7 persen ulasan soal kebersihan adalah negatif, membuatnya menempati posisi kedua di daftar.

 

Keluhan utama: sampah tak kunjung diangkut, tong sampah meluap, jalanan dan alun‑alun dipenuhi kotoran — padahal itu semua kontras dengan keindahan reruntuhan Romawi, basilika, dan keagungan kota yang sudah mendunia. Banyak turis merasa “tertipu” oleh citra kuno dan megah Roma — tetapi kenyataannya, kota ini kurang memprioritaskan sanitasi di area umum.

 

Ironisnya, sesuatu yang diidamkan oleh pelancong — nostalgia dan romansa sejarah — justru dibarengi dengan rasa jengkel dan kekecewaan pada kondisi kebersihan.

 

 

 

3. Las Vegas, Amerika Serikat — Gemerlap Malam, Sampah Menumpuk

 

Kasino 24 jam, neon, hiburan nonstop — itulah citra Las Vegas. Tapi di balik gemerlap malam dan keramaian, ada sisi kumuh yang menurut banyak wisatawan sulit diabaikan. Sekitar 31,6 persen ulasan terkait kebersihan mengandung keluhan.

 

Radical Storage menyoroti bahwa tingginya intensitas wisatawan — khususnya di kawasan “The Strip” dan daerah hiburan malam — membuat pekerjaan menjaga kebersihan menjadi tantangan besar. Kampanye lokal seperti “Pick It Up Las Vegas” sempat digulirkan, tetapi tampaknya belum cukup untuk mengatasi volume sampah dan kotoran.

 

Bagi wisatawan yang datang untuk bersenang‑senang, pandangan glamor kota ini bisa ‘macet’ di kenyataan: trotoar lengket, ruang publik kotor, dan suasana malam yang selain riuh juga berantakan.

 

 

 

4. Florence, Italia — Kota Seni dan Pesona Terkoyak Sampah

 

Tak bisa dimungkiri: Florence adalah salah satu destinasi paling memesona di Italia — seni, arsitektur bersejarah, jalan sempit penuh karakter, dan atmosfer yang membawa kita ke zaman Renaisans. Sayangnya, keindahan itu tergerus oleh kenyataan: sekitar 29,6 persen ulasan kebersihan negatif.

 

Masalah kebersihan di kota kecil ini tampaknya diperparah oleh kombinasi “jalan sempit abad pertengahan” dan “kerumunan turis besar.” Tempat sampah sering meluap, jalanan dan alun‑alun penuh puntung rokok atau sampah kecil — memaksa kota bereksperimen dengan tempat sampah “pintar” agar pengunjung mau membuang sampah pada tempatnya.

 

Bagi pecinta seni dan sejarah, keindahan Florence tetap ada — tapi harap persiapkan ekspektasi kebersihan: jangan kaget jika Anda harus ‘beradu’ dengan realitas kelabu kota ini.

 

 

 

5. Paris, Prancis — Romantis Tapi Belum Tentu Bersih

 

Paris — menara Eiffel, kafe klasik, museum, dan baguette hangat — selalu punya tempat di hati para pelancong. Namun, status “kota romantis” itu seakan getol diguncang oleh keluhan kebersihan: sekitar 28,2 persen ulasan kebersihan bernada negatif.

 

Meskipun kota ini telah melakukan upaya besar‑besaran untuk merapikan kota — termasuk proyek ambisius untuk mengembalikan Sungai Seine agar bisa dipakai berenang — banyak pengunjung masih mengeluhkan: sampah di jalan, sudut kota kotor, dan pemeliharaan yang dirasa tidak konsisten.

 

Jadi, romantisme Paris memang ada — tapi jangan harap semuanya berjalan mulus layaknya di postcard. Jalanan yang kotor bisa merusak mood, khususnya jika Anda datang dengan ekspektasi tinggi terhadap kebersihan.

 

 

 

6. Milan, Italia — Glamour Mode vs Realitas Kota

 

Milan dikenal sebagai ibu kota mode dunia — runway, butik mewah, suasana urban modern. Tapi di balik kemewahannya, Milan pun mendapat sorotan negatif: sekitar 26,8 persen ulasan terkait kebersihan bernada negatif.

 

Para wisatawan melaporkan tempat sampah meluap, jalanan kotor, sudut kota berdebu, terutama di area yang padat turis atau pusat kota. Hal ini cukup mengejutkan: kota yang identik dengan glamor dan estetika ternyata tak luput dari masalah kebersihan.

 

Baca Juga:
Gatal Akibat Kutu Kucing? Kenali Gejala dan Cara Ampuh Mengatasinya!

Dengan demikian, bila Anda datang ke Milan dengan harapan “semuanya sempurna,” bersiaplah menghadapi kenyataan bahwa estetika tidak selalu dibarengi dengan sanitasi yang bersih.

 

 

 

7. Verona, Italia — Warisan Sastra, Tapi Tersentuh Kotoran Modern

 

Verona — kota yang identik dengan kisah cinta legendaris Romeo dan Juliet, dengan suasana romantis dan pusat kota bersejarah — ternyata juga masuk daftar kota terkotor. Persentase ulasan kebersihan negatif berada di kisaran 26,2 persen.

 

Para pelancong mengeluhkan puntung rokok di mana‑mana, sampah berserakan di jalanan sempit, dan area bersejarah yang tampak kurang dirawat. Kekayaan sejarah dan romantisme kota ini sepertinya tertutupi oleh masalah kebersihan yang konsisten.

 

Bagi pencinta literatur dan sejarah, Verona tetap menarik — namun pengalaman estetika dan nostalgia bisa sedikit ternodai oleh realitas lingkungan yang kurang bersih.

 

 

 

8. Frankfurt, Jerman — Pusat Finansial, Pusat Keluhan Kebersihan

 

Frankfurt, kota keuangan yang sibuk, melayani banyak turis dan profesional bisnis. Tapi dalam peringkat ini, Frankfurt juga mendapat tempat — dengan sekitar 24,6 persen ulasan kebersihan bernada negatif.

 

Keluhan terutama datang dari area transportasi umum, pusat hiburan malam, dan lokasi padat aktivitas — tempat di mana lalu lintas manusia dan sampah sulit dikendalikan. Hal ini menunjukkan bahwa di kota modern sekalipun, tekanan urbanisasi dan mobilitas bisa mempengaruhi kebersihan secara signifikan.

 

Bagi yang berpikir bahwa kota Eropa modern pasti bersih — Frankfurt bisa jadi pembelajaran: kemodernan dan kebersihan jalanan tak selalu sejalan.

 

 

 

9. Brussels, Belgia — Kantor Eropa, Tapi Sudut Kota Kurang Terurus

 

Ibu kota Eropa ini — dengan kantor‑kantor internasional, alun‑alun besar, dan sejarah panjang — juga masuk daftar, dengan 24,4 persen ulasan kebersihan negatif.

 

Wisatawan mengeluhkan sudut‑sudut kota terutama di area turis atau dekat institusi besar: banyak sampah, tong sampah penuh, dan jalanan terkadang terabaikan. Kombinasi antara kehidupan urban yang sibuk dan kurangnya perhatian terhadap sanitasi publik tampak menggerogoti citra kota.

 

Bagi pelancong yang berharap berkeliling kota dengan nyaman dan bersih — Brussels mungkin mengecewakan.

 

 

 

10. Kairo, Mesir — Sejarah dan Landmark Tak Menutupi Debu dan Asap

 

Sebagai kota bersejarah dengan piramida, museum, dan warisan panjang peradaban — Kairo tetap menjadi magnet bagi banyak pelancong. Namun kenyataan di lapangan berdampak langsung pada persepsi: sekitar 23,6 persen ulasan kebersihan bernada negatif.

 

Klumnya banyak: debu, asap kendaraan, sampah berserakan — bahkan ketika turis sedang menikmati situs bersejarah, mereka tak jarang terganggu oleh kondisi lingkungan yang kurang bersih. Hal ini mengingatkan bahwa keindahan sejarah saja tidak cukup — kebersihan dan kenyamanan kota modern tetap penting.

 

Dengan demikian, kunjungan ke Kairo bisa jadi pengalaman campur aduk: kagum akan sejarah, tapi was‑was dengan debu dan sanitasi.

 

 

 

✨ Catatan & Makna di Balik Daftar

 

Penting untuk disadari bahwa daftar 10 kota terkotor ini bukan berdasarkan data polusi udara atau statistik limbah kota — melainkan berdasarkan persepsi dan pengalaman wisatawan, lewat ulasan online yang dikumpulkan dan dianalisis secara otomatis.

 

Artinya, hasil ini sangat bergantung pada ekspektasi turis, kondisi di area wisata, dan how city management menangani kebersihan — bukan semata‑mata representasi situasi seluruh kota. Namun, tetap saja daftar ini memberi gambaran bahwa:

 

Kota besar yang ramai wisatawan bisa kewalahan dalam mengelola sampah dan kebersihan.

 

Keindahan sejarah, budaya, atau arsitektur kota tidak selalu dibarengi dengan sanitasi yang baik.

 

Wisatawan sekarang semakin kritis — mereka tak hanya mencari pemandangan indah, tapi juga kenyamanan, kebersihan, dan pengalaman menyenangkan secara umum.

 

 

Menariknya: menurut artikel tersebut, daftar “kota terkotor” tidak memuat satu pun kota dari Indonesia. Mungkin ini bisa jadi sinyal positif — meskipun tentu saja tidak serta‑merta berarti semua kota di Indonesia rapi atau bersih. Data ini hanya mewakili daftar global 100 kota top dalam indeks Euromonitor, dan belum termasuk banyak kota di Indonesia.

 

 

 

💭 Renungan untuk Wisatawan Modern

 

Bagi siapa pun yang tengah merencanakan perjalanan ke luar negeri — baik untuk liburan, petualangan sejarah, maupun mengejar spot‑spot Instagram — ada baiknya mempersiapkan harapan secara realistis. Kota yang terkenal megah dan “harus dikunjungi” bisa saja menyimpan sisi kelabu: trotoar lengket, tong sampah meluap, atau sudut kota yang kurang terawat.

 

Membawa hand sanitizer, mencari penginapan dekat area bersih, memilih waktu kunjungan dengan bijak — bisa jadi hal kecil yang membuat pengalaman tetap menyenangkan. Lebih dari itu, bagi pihak pengelola kota dan turisme, hasil seperti ini adalah panggilan agar kebersihan publik diprioritaskan — karena kenyamanan wisatawan mempengaruhi reputasi dan keberlanjutan pariwisata itu sendiri.

 

Baca Juga:
Waspada Getok Harga! Tips Ampuh Agar Liburan Tak Berujung Kekesalan.

Dan untuk kita — para pelancong — daftar ini adalah pengingat bahwa selain foto cantik dan landmark ikonik, kebersihan dan kenyamanan adalah bagian penting dari pengalaman. Bukankah jalanan yang bersih, udara yang segar, dan suasana nyaman juga bagian dari kenangan terbaik saat traveling?

Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Tragedi di Lereng Lawu: Dua Pelari Meninggal Saat Ajang Trail Run

7 Desember 2025 - 23:15 WIB

Akademisi Rusia Tegaskan Minyak Sawit Aman Dikonsumsi, Tolak Stigma Negatif

7 Desember 2025 - 23:12 WIB

Sawit dan Hutan: Mengapa Monokultur Tidak Bisa Menggantikan Ekosistem Alami

7 Desember 2025 - 22:13 WIB

Dugaan Intimidasi di Tengah Malam, Korban Pemerasan PT Nikomas Gemilang Panik

7 Desember 2025 - 22:09 WIB

PHK Sepihak untuk Karyawan Sakit, Oknum Serikat dan Perusahaan Diduga Bermain

7 Desember 2025 - 21:42 WIB

Kru Helikopter Polri Hadirkan Harapan di Aceh Tamiang, Tawa Anak-Anak Jadi Sumber Semangat

7 Desember 2025 - 21:24 WIB

Trending di Berita