JAKARTA, 2 November 2025 – Indonesia bersiap menghadapi gelombang hijau yang semakin besar. Transisi menuju energi bersih dan pengelolaan lingkungan berkelanjutan bukan lagi sekadar wacana, melainkan sebuah keniscayaan. Namun, untuk mewujudkan ambisi besar ini, Indonesia membutuhkan amunisi yang tak sedikit: 1,5 juta tenaga kerja baru yang kompeten dan adaptif.
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menekankan pentingnya peran perguruan tinggi dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang siap terjun ke sektor-sektor hijau di masa depan. Menurutnya, kebutuhan akan tenaga kerja terampil di bidang energi terbarukan, pengelolaan sampah, dan lingkungan hidup sangat mendesak.
“Green jobs bukan lagi pilihan, melainkan kewajiban bagi kita untuk mempersiapkan SDM yang mampu menjawab kebutuhan tersebut,” ujar Menaker Yassierli dalam keterangan resminya, Jumat (31/10/2025).
Pernyataan ini menggarisbawahi betapa seriusnya pemerintah dalam menghadapi perubahan global menuju ekonomi hijau.
Berdasarkan proyeksi Kementerian PPN/Bappenas, 1,5 juta tenaga kerja baru akan terserap di berbagai sektor hijau. Angka ini mencakup berbagai bidang pekerjaan, mulai dari teknisi pembangkit listrik tenaga surya, ahli pengelola limbah, hingga konsultan lingkungan.
Menaker mencontohkan bahwa peluang kerja hijau tidak hanya terbatas pada sektor energi. Bidang pengelolaan sampah dan lingkungan hidup yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia juga menawarkan potensi besar.
Bayangkan, dari Sabang hingga Merauke, dari kota-kota besar hingga pelosok desa, dibutuhkan tenaga-tenaga ahli yang mampu mengubah sampah menjadi energi, mengelola limbah dengan bijak, dan menjaga kelestarian lingkungan.
Pemerintah menyadari bahwa transisi menuju ekonomi hijau harus dilakukan secara adil dan inklusif. Prinsip transisi yang berkeadilan (just transition) menjadi panduan utama dalam setiap kebijakan.
“Kebijakan-kebijakan kita, baik yang terkait pelatihan maupun pembangunan ekosistem ketenagakerjaan, diarahkan agar semua pihak dapat beradaptasi dengan perubahan. Tidak boleh ada yang tertinggal,” tegas Menaker.
Ini berarti, pemerintah tidak hanya fokus pada penciptaan lapangan kerja baru, tetapi juga memastikan bahwa tenaga kerja yang ada saat ini memiliki kesempatan untuk meningkatkan keterampilan dan beradaptasi dengan tuntutan zaman.
Program-program pelatihan vokasi, sertifikasi kompetensi, dan pendampingan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menjadi kunci untuk mewujudkan transisi yang mulus dan berkelanjutan.
Transisi menuju ekonomi hijau membuka peluang besar bagi penciptaan lapangan kerja baru, sekaligus menjadi tantangan bagi kesiapan tenaga kerja nasional.
Di satu sisi, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, seperti energi surya, air, angin, dan panas bumi. Di sisi lain, kualitas SDM masih perlu ditingkatkan agar mampu mengelola sumber daya ini secara optimal.
Perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam menjawab tantangan ini. Kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan industri hijau.
Baca Juga:
Mulai 2026, Masuk Singapura Tak Semudah Dulu: Ini Alasan di Balik Kebijakan Imigrasi Baru!
Mahasiswa harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang relevan, serta mentalitas yang berorientasi pada inovasi dan keberlanjutan.
Selain itu, kerjasama antara perguruan tinggi, pemerintah, dan sektor swasta sangat penting untuk menciptakan ekosistem inovasi yang kondusif. Program-program magang, riset bersama, dan inkubasi bisnis dapat menjembatani kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja.
Pemerintah juga terus berupaya untuk menciptakan iklim investasi yang menarik bagi pengembangan energi terbarukan dan pengelolaan lingkungan. Insentif fiskal, kemudahan perizinan, dan kepastian hukum menjadi daya tarik bagi investor lokal maupun asing.
Namun, investasi saja tidak cukup. Perlu juga ada kesadaran dan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat. Mengubah perilaku konsumsi, mengurangi produksi sampah, dan mendukung produk-produk ramah lingkungan adalah langkah-langkah kecil yang dapat memberikan dampak besar.
Transisi menuju ekonomi hijau adalah perjalanan panjang yang membutuhkan kerjasama dan komitmen dari semua pihak. Pemerintah, perguruan tinggi, sektor swasta, dan masyarakat harus bersinergi untuk mewujudkan Indonesia yang lebih hijau, sejahtera, dan berkelanjutan.
Dengan persiapan yang matang dan semangat gotong royong, Indonesia dapat memanfaatkan momentum ini untuk menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Gelombang hijau adalah gelombang harapan bagi masa depan Indonesia. Mari kita sambut dengan tangan terbuka dan hati yang penuh semangat!
Peningkatan kualitas SDM menjadi kunci utama dalam menjawab tantangan ini. Investasi dalam pendidikan dan pelatihan vokasi harus menjadi prioritas utama.
Dengan SDM yang kompeten dan adaptif, Indonesia akan mampu mengelola sumber daya alamnya secara optimal dan menciptakan nilai tambah yang tinggi.
Selain itu, inovasi teknologi juga memegang peranan penting. Pengembangan teknologi energi terbarukan, pengelolaan sampah, dan konservasi lingkungan harus terus didorong.
Pemerintah perlu memberikan dukungan kepada para peneliti dan inovator, serta menciptakan insentif bagi penerapan teknologi ramah lingkungan.
Terakhir, kesadaran dan partisipasi masyarakat juga sangat diperlukan. Edukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup harus dilakukan secara berkelanjutan.
Masyarakat perlu diajak untuk mengubah perilaku konsumsi, mengurangi produksi sampah, dan mendukung produk-produk ramah lingkungan.
Baca Juga:
Pertamina Jagoan! Sumur Bobrok Disulap Jadi Penghasil Cuan, Ketahanan Energi Indonesia Aman
Dengan sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, sektor swasta, dan masyarakat, Indonesia dapat mewujudkan visi ekonomi hijau yang berkelanjutan. 1,5 juta lapangan kerja baru di sektor hijau bukan hanya sekadar angka, tetapi juga simbol harapan bagi masa depan Indonesia yang lebih baik.









