Menu

Mode Gelap

Berita · 2 Nov 2025 04:34 WIB

In Memoriam: Pakubuwono XIII, Sang Pelestari Budaya Jawa


 In Memoriam: Pakubuwono XIII, Sang Pelestari Budaya Jawa Perbesar

SURAKARTA – Kabar duka menyelimuti Keraton Surakarta dan seluruh masyarakat Jawa Tengah. Sri Susuhunan Pakubuwono XIII Hangabehi, Raja Keraton Surakarta, telah berpulang ke Rahmatullah pada hari Minggu, 2 November 2025, di usia 77 tahun. Kepergian Sang Raja meninggalkan duka mendalam bagi keluarga keraton, para abdi dalem, dan seluruh masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Jawa.

Kabar duka ini pertama kali beredar luas di media sosial dan aplikasi pesan singkat, sebelum kemudian dikonfirmasi oleh pihak keraton. Raden Ayu Febri Hapsari Dipokusumo, salah satu kerabat dekat SISKS Pakubuwana XIII, membenarkan kabar tersebut.

“Nggih (iya), Mas, nyuwun doanya,” tulis Febri, memohon doa dari seluruh masyarakat.

Juru Bicara Mahamenteri Keraton Surakarta KGPHPA Tedjowulan, Bambang Ary Wibowo, juga turut menguatkan informasi tersebut. “Jenazah masih di rumah sakit untuk persiapan dibawa ke Keraton,” kata Bambang, mengisyaratkan bahwa prosesi pemakaman akan segera dilaksanakan sesuai dengan adat dan tradisi keraton.

SISKS Pakubowono XIII Hangabehi dikabarkan telah menjalani perawatan di rumah sakit sejak beberapa waktu terakhir. Meskipun demikian, kabar kepergian Sang Raja tetap mengejutkan dan menimbulkan kesedihan yang mendalam.

Pakubuwono XIII: Sang Pemimpin yang Melestarikan Budaya Jawa

Sri Susuhunan Pakubuwono XIII Hangabehi merupakan sosok pemimpin yang sangat dihormati dan dicintai oleh masyarakat. Beliau dikenal sebagai Raja yang memiliki komitmen tinggi terhadap pelestarian budaya Jawa, khususnya seni, tradisi, dan adat istiadat Keraton Surakarta.

Selama masa pemerintahannya, Pakubuwono XIII aktif menggelar berbagai acara budaya yang bertujuan untuk memperkenalkan dan melestarikan warisan leluhur kepada generasi muda.

Beliau juga memberikan perhatian khusus terhadap pengembangan seni karawitan, tari, dan batik, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Jawa.

Selain itu, Pakubuwono XIII juga dikenal sebagai sosok yang dekat dengan rakyat. Beliau seringkali turun langsung ke masyarakat untuk berinteraksi, mendengarkan keluh kesah, dan memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi.

Sikap rendah hati dan kepeduliannya terhadap masyarakat menjadikan beliau sebagai sosok pemimpin yang dicintai dan dihormati.

Keraton Surakarta: Pusat Kebudayaan Jawa yang Kaya akan Sejarah

Baca Juga:
Harga Rumah Subsidi 2026 Tetap, Pengembang Pasrah Hadapi Lonjakan Biaya Material

Keraton Surakarta Hadiningrat, atau yang lebih dikenal sebagai Keraton Solo, merupakan istana resmi Kesunanan Surakarta yang terletak di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Keraton ini bukan hanya sekadar bangunan bersejarah, tetapi juga merupakan pusat kebudayaan Jawa yang kaya akan sejarah, seni, dan tradisi.

Keraton Surakarta didirikan pada tahun 1745 oleh Susuhunan Pakubuwono II, sebagai pengganti Keraton Kartasura yang hancur akibat pemberontakan. Sejak saat itu, Keraton Surakarta menjadi pusat pemerintahan dan kebudayaan Kesunanan Surakarta, serta menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting dalam sejarah Jawa.

Di dalam keraton, terdapat berbagai bangunan bersejarah, seperti Sasana Sewaka (tempat penobatan raja), Museum Keraton Surakarta (tempat menyimpan koleksi benda-benda bersejarah), dan Masjid Agung Surakarta (masjid utama keraton).

Selain itu, keraton juga memiliki berbagai koleksi seni yang berharga, seperti gamelan, wayang kulit, dan batik.

Keraton Surakarta bukan hanya menjadi tempat tinggal keluarga kerajaan, tetapi juga menjadi pusat kegiatan budaya dan pariwisata. Setiap tahun, ribuan wisatawan datang berkunjung ke keraton untuk menyaksikan berbagai acara budaya, seperti upacara adat, pertunjukan seni, dan pameran sejarah.

Prosesi Pemakaman: Penghormatan Terakhir untuk Sang Raja

Kepergian Sri Susuhunan Pakubuwono XIII Hangabehi meninggalkan duka yang mendalam bagi seluruh masyarakat Jawa. Prosesi pemakaman Sang Raja akan dilaksanakan sesuai dengan adat dan tradisi keraton, sebagai bentuk penghormatan terakhir atas jasa-jasa beliau selama memimpin Keraton Surakarta.

Prosesi pemakaman akan melibatkan berbagai ritual dan upacara adat yang sakral, seperti penyemayaman jenazah, pembacaan doa, dan pemberangkatan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir. Seluruh abdi dalem dan keluarga keraton akan turut serta dalam prosesi pemakaman, mengenakan pakaian adat dan melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan tradisi yang telah diwariskan secara turun temurun.

Masyarakat juga diharapkan dapat memberikan penghormatan terakhir kepada Sang Raja dengan cara mengirimkan doa dan mengenang jasa-jasa beliau selama memimpin Keraton Surakarta. Kepergian Pakubuwono XIII merupakan kehilangan besar bagi dunia kebudayaan Jawa, namun semangat dan nilai-nilai yang beliau wariskan akan terus hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.

Masa Depan Keraton Surakarta: Menjaga Warisan Budaya di Era Modern

Kepergian Sri Susuhunan Pakubuwono XIII Hangabehi membuka lembaran baru bagi Keraton Surakarta. Proses suksesi kepemimpinan akan segera dilaksanakan untuk menentukan siapa yang akan menggantikan beliau sebagai Raja Keraton Surakarta.

Siapapun yang terpilih sebagai Raja, diharapkan dapat melanjutkan perjuangan Pakubuwono XIII dalam melestarikan budaya Jawa dan menjaga keberlangsungan Keraton Surakarta sebagai pusat kebudayaan yang dihormati dan dicintai oleh masyarakat.

Baca Juga:
Efek Indonesia Guncang Pasar Global: Harga Beras Dunia Anjlok Setelah Swasembada 2025

Tantangan yang dihadapi di era modern ini semakin kompleks, namun dengan semangat gotong royong dan komitmen yang kuat, Keraton Surakarta diharapkan dapat terus eksis dan relevan dalam menjaga warisan budaya bangsa.

Artikel ini telah dibaca 2 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Tragedi di Lereng Lawu: Dua Pelari Meninggal Saat Ajang Trail Run

7 Desember 2025 - 23:15 WIB

Akademisi Rusia Tegaskan Minyak Sawit Aman Dikonsumsi, Tolak Stigma Negatif

7 Desember 2025 - 23:12 WIB

10 Kota Terkotor di Dunia 2025 Menurut Wisatawan, Indonesia Tidak Masuk Daftar

7 Desember 2025 - 23:08 WIB

Sawit dan Hutan: Mengapa Monokultur Tidak Bisa Menggantikan Ekosistem Alami

7 Desember 2025 - 22:13 WIB

Dugaan Intimidasi di Tengah Malam, Korban Pemerasan PT Nikomas Gemilang Panik

7 Desember 2025 - 22:09 WIB

PHK Sepihak untuk Karyawan Sakit, Oknum Serikat dan Perusahaan Diduga Bermain

7 Desember 2025 - 21:42 WIB

Trending di Berita