PROLOGMEDIA – Sabtu pagi yang cerah di halaman Gedung Negara Provinsi Banten, suasana dipenuhi keceriaan anak-anak yang antusias mengikuti kegiatan mendongeng dalam rangka memperingati Hari Dongeng Nasional 2025. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Bunda Literasi Provinsi Banten, Tinawati Andra Soni, bersama komunitas Banten Ceria. Puluhan anak hadir dengan mata berbinar, duduk rapi sambil mendengarkan kisah yang dibawakan dengan penuh ekspresi, tawa, dan rasa ingin tahu yang tinggi.
Tinawati membuka acara dengan sebuah dongeng yang sederhana namun sarat makna, bercerita tentang persahabatan seekor kura-kura dengan buaya di alam bebas. Dalam kisah itu, saat si Kura berjalan santai di hutan, ia mendengar rintihan minta tolong. Penasaran, si Kura segera menelusuri sumber suara dan menemukan seekor buaya terjebak di bawah pohon tumbang akibat hujan lebat yang memicu longsor. Buaya itu terlihat kesakitan dan tak mampu bergerak, sementara si Kura sendiri merasa kewalahan untuk menolongnya seorang diri.
Namun, alih-alih menyerah, si Kura segera memanggil teman-temannya untuk datang membantu. Bersama-sama, mereka menyingkirkan pohon tumbang itu dan berhasil menyelamatkan si Buaya. Kisah sederhana ini tidak hanya membuat anak-anak tersenyum, tetapi juga memberikan pelajaran mendalam tentang pentingnya kerja sama, kepedulian terhadap sesama makhluk hidup, serta kesadaran menjaga lingkungan.
Melalui dongeng itu, Tinawati menyampaikan pesan penting tentang bagaimana mencintai dan merawat lingkungan dapat dimulai dari langkah-langkah kecil. Ia menekankan bahwa anak-anak bisa melakukan hal-hal sederhana seperti merawat pohon di sekitar rumah atau sekolah, menjaga kebersihan lingkungan, dan tidak membuang sampah sembarangan.
“Pohon di sekitar kita ini juga dirawat loh adek-adek. Ini usianya banyak yang sudah tua, tapi enak kan ada di sini, adem,” ujar Tinawati sambil menunjuk pepohonan rindang yang berada di halaman gedung. Ia menambahkan bahwa pohon tidak hanya memberikan udara segar, tetapi juga berperan penting dalam mencegah bencana seperti longsor, yang menjadi inti cerita dalam dongeng yang baru saja disampaikan.
Anak-anak tampak antusias mendengarkan setiap kata yang diucapkan, beberapa di antaranya bahkan terlihat bersemangat untuk ikut menjaga lingkungan di sekitar mereka. “Hal-hal sederhana itu akan membawa dampak baik bagi lingkungan. Karena pohon mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Selain sebagai sumber oksigen, pohon juga bisa mencegah terjadinya longsor seperti yang dikisahkan tadi,” jelas Tinawati dengan nada lembut namun tegas.
Kegiatan mendongeng ini tidak berhenti pada cerita semata. Tinawati juga memanfaatkan kesempatan tersebut untuk meninjau kelas Pemustaka dan secara resmi melaunching Spot Baca Banten Cerdas. Spot baca ini dirancang sebagai ruang publik yang menyediakan akses buku dan bahan bacaan bagi masyarakat, sehingga anak-anak dan orang dewasa dapat belajar, membaca, dan mengembangkan imajinasi mereka di luar jam sekolah atau tempat kerja.
Tinawati menekankan bahwa kegiatan perpustakaan perlu dibuat lebih menarik, kreatif, dan inovatif agar bisa menjadi ruang tumbuh yang mendukung masyarakat dalam meningkatkan literasi. Ia berharap kegiatan seperti ini tidak hanya sekadar seremonial, tetapi bisa menumbuhkan kesadaran dan kebiasaan membaca sejak usia dini, sekaligus mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan budaya lokal.
Baca Juga:
Cibuntu Kuningan: Surga Tersembunyi di Kaki Ciremai, Wajib Dikunjungi!
“Melalui berbagai kegiatan ini, baik masyarakat maupun stakeholder diharapkan dapat lebih concern terhadap peningkatan budaya literasi masyarakat melalui perpustakaan,” ujar Tinawati. Ia percaya bahwa membaca dan bercerita adalah jembatan untuk menumbuhkan empati, kreativitas, dan kepedulian sosial pada anak-anak.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten, Usman Asshiddiqi Qohara, turut hadir dan menambahkan bahwa kegiatan mendongeng bukan sekadar hiburan, tetapi juga merupakan strategi pemerintah untuk menumbuhkan minat baca, terutama bagi anak-anak. Menurutnya, budaya bercerita rakyat merupakan warisan yang perlu dilestarikan agar generasi muda tetap mengenal akar budaya mereka sambil belajar nilai-nilai kehidupan yang positif.
“Selain meningkatkan minat baca, mendongeng juga untuk melestarikan budaya bercerita rakyat di Indonesia,” ujar Usman. Ia menekankan pentingnya kreativitas dalam penyelenggaraan layanan perpustakaan. Perpustakaan modern, menurutnya, harus menjadi ruang yang inspiratif, nyaman, dan menyenangkan, di mana masyarakat dapat belajar, bereksperimen, dan mengembangkan kualitas diri tanpa batasan usia.
Salah satu inovasi yang diperkenalkan adalah Spot Baca Banten Cerdas. Tempat ini dirancang agar masyarakat dapat mengakses bahan bacaan di mana pun berada, baik di ruang publik, taman kota, maupun tempat rekreasi. Usman berharap keberadaan spot baca ini dapat menumbuhkan budaya membaca dan menulis yang kuat, sekaligus menjadi sarana edukasi yang inklusif untuk semua lapisan masyarakat.
Kegiatan hari itu juga diselingi dengan sesi interaktif, di mana anak-anak diajak untuk menceritakan kembali dongeng yang didengar, menggambar karakter favorit dari cerita, serta berdiskusi tentang pesan moral yang terkandung di dalamnya. Aktivitas ini membuat anak-anak lebih mudah menangkap pelajaran tentang persahabatan, kerja sama, dan tanggung jawab terhadap lingkungan.
Semua kegiatan berjalan lancar dengan protokol yang tertata rapi, melibatkan relawan dan anggota komunitas Banten Ceria yang aktif membantu. Suasana dipenuhi canda tawa, pertanyaan cerdas dari anak-anak, dan momen kebersamaan yang hangat. Tidak sedikit orang tua yang hadir ikut tersenyum melihat antusiasme buah hati mereka, sekaligus mengapresiasi upaya pemerintah dan komunitas dalam menumbuhkan literasi dan kepedulian lingkungan sejak dini.
Dengan selesainya kegiatan, terlihat jelas bahwa pesan yang ingin disampaikan melalui dongeng bukan sekadar cerita fiktif, melainkan nilai-nilai nyata yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tinawati Andra Soni, bersama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten, menunjukkan bahwa literasi dan kepedulian lingkungan dapat berjalan beriringan, membentuk generasi muda yang cerdas, kreatif, dan peduli pada alam sekitarnya.
Kegiatan Hari Dongeng Nasional 2025 ini menutup sebuah hari yang penuh keceriaan, edukasi, dan inspirasi. Anak-anak pulang dengan membawa pengalaman baru, semangat untuk membaca, serta kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. Acara ini menjadi bukti nyata bahwa dengan kreativitas dan kepedulian, nilai-nilai positif bisa ditanamkan sejak usia dini melalui media sederhana seperti dongeng, cerita rakyat, dan kegiatan literasi publik.
Baca Juga:
Ilmuwan ITB Sulap Sekam Padi Jadi Emas! Raih Habibie Prize 2025 dengan Inovasi Zeolit!
Sabtu, 6 Desember 2025, menjadi momen yang berkesan bagi anak-anak, orang tua, dan seluruh pihak yang terlibat. Dari kisah sederhana si Kura dan si Buaya hingga peluncuran Spot Baca Banten Cerdas, semua menunjukkan sinergi antara pendidikan, budaya, dan lingkungan. Momentum ini diharapkan akan terus mendorong semangat literasi di Banten, sekaligus menumbuhkan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga peduli terhadap sesama dan lingkungan sekitar.









