JAKARTA – Arab Saudi, yang selama ini dikenal sebagai negara kaya minyak, kini tengah melakukan transformasi besar-besaran. Negeri dengan hamparan gurun pasir yang luas ini mulai mengubah haluan, menjadikan sektor pariwisata sebagai tulang punggung ekonomi barunya.
Langkah ambisius ini menandai era baru bagi Arab Saudi, yang berupaya mendiversifikasi ekonominya dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam yang terbatas.
Sejak tahun 2019, Arab Saudi secara bertahap membuka pintunya bagi wisatawan internasional. Sebelumnya, kunjungan ke negara ini hanya diperbolehkan untuk keperluan bisnis, keluarga, atau ibadah.
Kebijakan baru ini menjadi tonggak penting dalam upaya Arab Saudi untuk memperkenalkan keindahan alam, kekayaan budaya, dan keramahan masyarakatnya kepada dunia.
“Kami sedang membuka nilai besar dari negara ini. Arab Saudi punya banyak hal untuk ditawarkan kepada dunia,” ujar Menteri Pariwisata Arab Saudi, HE Ahmed Al Khateeb, dalam sebuah wawancara dengan Fortune. “Kami ingin wisatawan datang dan merasakan keramahan khas Saudi, menikmati kopi dan makanan kami, serta mempelajari budaya Arab,” tambahnya.
Menurut Al Khateeb, pengembangan sektor pariwisata bukan hanya sekadar mendatangkan turis. Lebih dari itu, pariwisata diharapkan dapat membuka lapangan kerja baru, terutama bagi generasi muda dan perempuan, serta menjadikan ekonomi Arab Saudi lebih beragam dan berkelanjutan.
Visi Saudi 2030: Menuju Masa Depan yang Lebih Cerah
Langkah besar ini merupakan bagian dari Visi Saudi 2030, sebuah program ambisius yang dicanangkan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman sejak tahun 2016. Visi ini bertujuan untuk mendiversifikasi ekonomi Arab Saudi, memodernisasi wajah negara, tanpa meninggalkan akar budayanya yang kaya.
Upaya diversifikasi ekonomi ini mulai membuahkan hasil. Pada tahun 2024, Arab Saudi mencatat 116 juta wisatawan, melonjak signifikan dari 80 juta pada tahun 2019. Pemerintah pun menargetkan 150 juta kunjungan setiap tahun pada tahun 2030. Target yang ambisius ini menunjukkan keseriusan Arab Saudi dalam mengembangkan sektor pariwisata sebagai mesin pertumbuhan ekonomi yang baru.
Menariknya, separuh dari wisatawan yang datang ke Arab Saudi saat ini bertujuan untuk melakukan perjalanan keagamaan, seperti haji dan umrah.
Namun, Menteri Al Khateeb memperkirakan bahwa jumlah wisatawan umum akan terus meningkat seiring dengan semakin terbukanya destinasi-destinasi lain di negeri tersebut.
Arab Saudi di Panggung Dunia: Tuan Rumah Ajang Internasional
Untuk memperkenalkan diri kepada dunia, Arab Saudi tengah bersiap untuk menjadi tuan rumah berbagai ajang internasional bergengsi. Mulai dari Asian Games Musim Dingin 2029, Piala Dunia FIFA 2034, hingga Sidang Umum Pariwisata PBB yang akan digelar pertama kalinya di Riyadh pada tahun ini. Langkah ini menunjukkan ambisi Arab Saudi untuk menjadi pemain global dalam industri pariwisata.
Baca Juga:
Tiap Hari Murid Jalan Kaki 2 Jam Lewati Hutan selama 25 Tahun Demi ke Sekolah, Sentil Gubernur
“Negara kami ingin menjadi destinasi global. Karena itu, kami sedang membangun infrastruktur yang kuat,” kata Al Khateeb.
Salah satu proyek infrastruktur besar yang sedang digarap adalah pembangunan maskapai nasional baru, Riyadh Air, yang berdiri pada tahun 2023. Selain itu, pemerintah juga tengah membangun Bandara Internasional Raja Salman di Riyadh, serta berencana untuk menambah lebih dari 300 ribu kamar hotel baru hingga tahun 2030. Investasi besar-besaran ini menunjukkan komitmen Arab Saudi untuk menyediakan fasilitas dan layanan berstandar internasional bagi para wisatawan.
Maskapai penerbangan Amerika, Delta Air Lines, bahkan ikut menyambut peluang ini dengan membuka penerbangan langsung antara Atlanta dan Riyadh mulai Oktober 2026.
Rute non-stop ini merupakan yang pertama antara Amerika Serikat dan Arab Saudi, menandakan semakin eratnya hubungan antara kedua negara dalam sektor pariwisata.
“Awalnya mungkin akan lambat, tapi saya yakin rute ini akan semakin populer,” ujar CEO Delta, Ed Bastian, optimistis.
Sementara itu, Riyadh Air telah memulai penerbangan harian perdananya ke London pada 26 Oktober lalu, meskipun untuk sementara masih dibatasi bagi karyawan dan tamu undangan.
Penerbangan perdana ini menjadi simbol dari ambisi Arab Saudi untuk menghubungkan negaranya dengan berbagai kota penting di seluruh dunia.
Keberlanjutan: Prioritas Utama dalam Pengembangan Pariwisata
Meskipun gencar membangun infrastruktur dan mengembangkan destinasi wisata, Arab Saudi tidak ingin mengorbankan kelestarian alamnya. Menteri Al Khateeb menegaskan bahwa keberlanjutan menjadi prioritas utama dalam setiap proyek pariwisata yang dijalankan.
Pemerintah menjamin bahwa destinasi-destinasi yang dimiliki tetap terjaga kelestariannya, baik pegunungan di selatan maupun pulau-pulau indah di Laut Merah.
“Keberlanjutan sangat penting bagi setiap negara. Karena itu, kami memastikan semua destinasi kami tetap terjaga – baik pegunungan di selatan maupun pulau-pulau indah di Laut Merah,” ujarnya.
Sebagai bukti keseriusannya, Arab Saudi meluncurkan Global Center for Sustainable Tourism pada tahun 2021. Inisiatif lintas negara ini bertujuan untuk mendorong industri pariwisata global menuju target emisi nol bersih.
Baca Juga:
Kenali Jenis Sayuran yang Sebaiknya Dihindari Penderita Asam Lambung
Langkah ini menunjukkan komitmen Arab Saudi untuk menjadi pemimpin dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan dan bertanggung jawab.









