Menu

Mode Gelap

Kuliner · 6 Des 2025 00:16 WIB

Berburu 5 Siomay Legendaris di Jakarta Timur dengan Cita Rasa Tak Lekang Waktu


 Berburu 5 Siomay Legendaris di Jakarta Timur dengan Cita Rasa Tak Lekang Waktu Perbesar

PROLOGMEDIA – Jakarta Timur menyimpan banyak kenangan dan rasa dalam wujud jajanan kaki lima yang telah eksis selama puluhan tahun. Di tengah hiruk-pikuk kota, aroma bumbu kacang dan cuilan siomay hangat tetap mampu menarik antrean panjang — bukti bahwa siomay legendaris tak pernah kehilangan tempat di hati warga. Dari sudut Jatinegara hingga Matraman, lima gerobak dan warung siomay berikut ini dianggap sebagai ikon kuliner lokal, berjasa mempertahankan tradisi makan sederhana dan lezat di tengah modernisasi Jakarta.

 

Pertama, ada Siomay Super Pak Aceng di Jalan Cipinang Raya. Gerobak ini mudah dikenali dari antrean panjang yang sering memenuhi trotoar hampir setiap hari. Ukuran siomaynya berbeda dari kebanyakan — jauh lebih besar dan terasa seperti siomay “kelas restoran”, bukan sekadar camilan kaki lima biasa. Isian pun variatif: kentang, pare, tahu, kol gulung — semua tersedia sesuai selera. Setelah dikukus, potongan siomay disiram bumbu kacang kental, kecap manis, dan jeruk nipis — kombinasi yang menghadirkan rasa gurih, manis, dan segar di saat bersamaan. Bandrolnya sekitar Rp 4.000 per butir, menjadikannya camilan favorit banyak orang, baik warga lokal maupun pekerja yang lewat. Dalam waktu kurang dari dua jam, gerobak ini bahkan bisa menghabiskan ribuan siomay — membuktikan popularitasnya yang luar biasa.

 

Hanya beberapa ratus meter dari situ atau tepatnya di depan Premier Jatinegara, berada gerobak Siomay Mitra. Penjual ini sudah dikenal luas sejak 2005, dengan operasional gerobak sepeda sederhana. Meskipun tampil sederhana, gerobak ini rutin menghabiskan lebih dari 2.000 butir siomay setiap harinya — angka yang sungguh impresif. Pilihan isian sama beragam: kentang, pare, kol, tahu, dan lain-lain. Tiap butir dijual sekitar Rp 4.000 — tetap terjangkau meskipun popularitasnya sudah sangat besar. Gerobak mulai beroperasi sekitar pukul 16.00, dan biasanya siomay sudah habis sebelum malam. Tekstur siomay yang dihasilkan punya rasa ikan tenggiri yang kuat dan kenyal — karakter khas siomay tradisional ala Jakarta.

 

Selanjutnya, di kawasan Gang Banten, Bali Mester, dekat Pasar Jatinegara, terdapat Siomay Wawa — sebuah gerai yang sudah ada sejak era 1990-an. Berbeda dari kebanyakan siomay ikan tenggiri, adonan Siomay Wawa justru menggunakan campuran ayam dan udang, sehingga rasa dan teksturnya berbeda: lembut, gurih, menyerupai dimsum namun tetap punya jiwa siomay tradisional. Pelengkap seperti ngohiong halal menambah cita rasa, sehingga bagi banyak orang, seporsi siomay Wawa terasa lebih “maknyus” dan memuaskan. Karena popularitasnya melejit berkat ulasan media sosial, pembeli kerap memesan satu hari sebelumnya — apalagi saat weekend — agar tak keburu kehabisan. Harganya sekitar Rp 30.000 per porsi, dengan jam buka dari jam 05.00 pagi hingga 17.00 — menjadikannya pilihan tepat bagi pencinta sarapan siomay di kawasan Pasar Jatinegara.

Baca Juga:
Gubernur Banten Tinjau Gladi Resik Kick Off HPN 2026 di Alun-alun Kota Serang

 

Tak jauh dari situ, di Matraman, berdiri gerobak sederhana bernama Siomay Kelor. Meski tampil sederhana, gerobak ini telah berjualan sejak 1990-an dan dianggap sebagai warung siomay rumahan yang autentik. Menu cukup lengkap: siomay ikan, siomay campur telur, kentang, pare, kol, hingga tahu putih — semuanya diolah secara rumahan tanpa bahan pengawet. Tekstur siomay terasa kenyal, dengan rasa ikan tenggiri yang tetap kuat sampai suapan terakhir. Siraman bumbu kacangnya kental, memberi sensasi gurih-manis pedas yang pas. Hanya dengan sekitar Rp 20.000 per porsi, gerobak ini menjadi favorit bagi mereka yang mencari rasa “kampung halaman” di tengah kota metropolitan. Keunikan dan cita rasa konsisten inilah yang menjaga reputasinya sebagai salah satu siomay legendaris di Matraman.

 

Terakhir ada Warung Pak Min — berlokasi di dalam kawasan Pasar Jatinegara, tidak jauh dari toko roti Gelora. Warung ini sudah beroperasi sejak 1990-an, menawarkan siomay dan gohyong halal yang digemari banyak kalangan. Adonan siomay mereka kadang mirip dimsum — terutama ketika menggunakan campuran udang — sehingga rasa dan teksturnya terasa lebih ringan dan gurih. Pelanggan bisa memilih antara dua saus: saus kacang yang tradisional, atau saus merah pedas bagi yang suka sensasi lebih menggigit. Rasanya pun seimbang — tidak terlalu dominan, sehingga cocok bagi pemula maupun penikmat berat siomay. Harga per porsinya mulai dari sekitar Rp 15.000, membuat warung ini tetap menjadi destinasi menarik bagi siapa saja yang ingin menikmati siomay klasik tapi tetap lezat.

 

Kelima tempat ini menunjukkan bahwa siomay di Jakarta Timur bukan sekadar jajanan cepat saji — melainkan bagian dari tradisi, budaya, dan nostalgia bagi banyak orang. Mereka adalah warung berjiwa rumahan yang konsisten menjaga cita rasa asli siomay, meskipun tubuh kota terus berubah. Pilihannya pun beragam: dari siomay besar ala restoran di Pak Aceng, hingga dimsum-style lembut di Wawa atau Pak Min; dari siomay ikan tenggiri kenyal di Mitra dan Kelor, sampai kombinasi sayur, tahu, kentang, pare — semua tersedia sesuai selera.

 

Baca Juga:
Revolusi TKDN Otomotif: Insentif Menggoda, Industri Siap Berbenah?

Bagi siapa pun yang penasaran, memburu siomay legendaris di Jakarta Timur bisa jadi petualangan kecil yang menyenangkan: berjalan pagi ke Pasar Jatinegara untuk mencicip Wawa, menunggu antrean sore di Cipinang Raya untuk Super Pak Aceng, atau sekadar mampir sebelum pulang dari kantor ke Matraman untuk menikmati siomay Kelor hangat. Di balik gerobak sederhana dan porsi murah meriah, ada rasa yang tak lekang oleh waktu: nostalgia, kebersamaan, dan kebanggaan atas kuliner lokal.

Artikel ini telah dibaca 8 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Mengolah Tunas Rotan Jadi Hidangan Tradisional: Lezat, Gurih, dan Bernilai Gizi

7 Desember 2025 - 21:15 WIB

Transformasi Singkong di Vietnam: Dari Tanaman Tradisional ke Rantai Nilai Berkelanjutan

7 Desember 2025 - 20:39 WIB

5 Soto Betawi Legendaris di Jakarta Timur, Ada yang Bertahan Lebih dari 70 Tahun

6 Desember 2025 - 21:07 WIB

Ikon Kuliner Jaktim: 5 Restoran Legendaris yang Tetap Jadi Favorit Keluarga

6 Desember 2025 - 00:10 WIB

Mengapa Telur Kalkun Jarang Dikonsumsi? Ini Alasan di Baliknya

5 Desember 2025 - 11:35 WIB

Tongseng Ayam Tanpa Santan yang Lebih Ringan dan Tetap Menggugah Selera

5 Desember 2025 - 11:23 WIB

Trending di Kuliner