Posted in

Bertani Itu Keren: Kisah Transformasi Profesi Jadul Jadi Karier Masa Depan

JAKARTA – Di tengah hiruk pikuk kota dan gemerlap teknologi, sebuah profesi yang seringkali terlupakan justru menunjukkan taringnya sebagai pilar utama peradaban: petani. Dulu dianggap sebagai pekerjaan kuno yang identik dengan lumpur dan keringat, kini bertani bertransformasi menjadi karier masa depan yang menjanjikan, bahkan menjadi kunci untuk menjawab tantangan global yang semakin kompleks.

Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa profesi petani kembali naik daun dan menjadi daya tarik bagi generasi muda.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, perubahan iklim yang ekstrem, dan kebutuhan pangan yang terus melonjak, sektor pertanian muncul sebagai harapan baru yang menawarkan peluang besar bagi mereka yang berani terjun ke dalamnya.

Laporan WEF: Profesi Petani Masuk Daftar Pekerjaan dengan Pertumbuhan Tertinggi di Dunia

Salah satu indikasi yang memperkuat tren positif ini adalah laporan Future of Jobs Report 2025 dari World Economic Forum (WEF). Laporan tersebut menempatkan petani dan pekerja pertanian dalam daftar profesi dengan pertumbuhan tertinggi di dunia hingga tahun 2030. Dalam lima tahun ke depan, sektor pertanian diperkirakan akan membutuhkan tambahan sekitar 35 juta tenaga kerja baru.

Angka ini bukan hanya sekadar statistik, melainkan sebuah sinyal kuat bahwa dunia membutuhkan lebih banyak petani untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat.

Dengan populasi dunia yang diprediksi mencapai puncaknya di angka 10,3 miliar jiwa pada tahun 2080-an, sektor pertanian harus mampu berproduksi secara efisien dan berkelanjutan untuk memberi makan seluruh penduduk bumi.

Generasi Petani Lansia: Krisis atau Peluang bagi Anak Muda?

Presiden World Farmers’ Organisation, Arnold Puech Pays d’Alissac, mengingatkan bahwa mayoritas petani di seluruh dunia saat ini sudah memasuki usia lansia. Dalam beberapa tahun ke depan, banyak dari mereka yang akan pensiun, meninggalkan lahan pertanian yang luas tanpa ada yang meneruskan.

Namun, di balik potensi krisis ini, tersembunyi sebuah peluang besar bagi generasi muda. Pensiunnya para petani lansia membuka pintu bagi anak-anak muda untuk mengambil alih tongkat estafet dan membawa inovasi serta teknologi ke sektor pertanian.

Dengan pengetahuan dan keterampilan yang relevan, generasi muda dapat mengubah wajah pertanian menjadi lebih modern, efisien, dan berkelanjutan.

Tantangan Menuju Pertanian Modern: Apa yang Dibutuhkan Generasi Muda untuk Berhasil?

Baca Juga:
Dalam Rangka 100 Hari Kerja Bupati Serang, Miris Ada Warganya di PHK Sepihak oleh Perusahaan

Meskipun prospeknya cerah, jalan menuju pertanian modern tidak selalu mulus bagi anak muda. d’Alissac menekankan tiga hal penting yang perlu diperhatikan agar profesi petani semakin menarik bagi generasi muda, yaitu:

1. Pelatihan: Petani muda membutuhkan pelatihan yang komprehensif tentang teknik pertanian modern, manajemen bisnis, dan pemasaran produk. Pelatihan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan lokal dan relevan dengan tantangan yang dihadapi oleh petani di lapangan.

2. Akses Lahan: Lahan merupakan aset penting bagi petani. Namun, banyak anak muda yang kesulitan mengakses lahan pertanian karena harga yang mahal atau prosedur yang rumit. Pemerintah dan lembaga keuangan perlu memberikan kemudahan akses lahan bagi petani muda, misalnya melalui program sewa lahan jangka panjang atau kredit dengan bunga rendah.

3. Pembiayaan Terjangkau: Pertanian membutuhkan modal yang besar, terutama untuk investasi dalam teknologi dan infrastruktur. Namun, banyak petani muda yang kesulitan mendapatkan pembiayaan yang terjangkau karena persyaratan yang ketat atau kurangnya jaminan. Pemerintah dan lembaga keuangan perlu menyediakan skema pembiayaan yang lebih fleksibel dan ramah bagi petani muda, misalnya melalui program kredit tanpa agunan atau subsidi bunga.

Inisiatif “100 Million Farmers”: Mendorong Pertanian Berkelanjutan dan Tangguh Iklim

World Economic Forum (WEF) menyadari pentingnya pertanian berkelanjutan dan tangguh iklim untuk menghadapi tantangan global. Melalui inisiatif “100 Million Farmers,” WEF mendorong transisi ke praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan dan adaptif terhadap perubahan iklim.

Inisiatif ini fokus pada perbaikan kualitas tanah dan akses pembiayaan bagi petani kecil. Kualitas tanah yang baik sangat penting untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan mengurangi penggunaan pupuk kimia.

Akses pembiayaan yang mudah juga membantu petani kecil untuk berinvestasi dalam teknologi dan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan.

Masa Depan Cerah Sektor Pertanian: Investasi Terbaik untuk Generasi Muda

Profesi petani bukan lagi sekadar pekerjaan kuno yang terpinggirkan. Dengan meningkatnya kebutuhan pangan global dan kesadaran akan pentingnya pertanian berkelanjutan, sektor ini menawarkan peluang besar bagi generasi muda yang berani berinovasi dan beradaptasi.

Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah, lembaga keuangan, dan organisasi internasional, generasi muda dapat mengubah wajah pertanian menjadi lebih modern, efisien, dan berkelanjutan. Investasi dalam sektor pertanian adalah investasi terbaik untuk masa depan dunia, karena pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat digantikan oleh apapun.

Jadi, jika Anda seorang anak muda yang memiliki semangat untuk berkontribusi pada dunia dan menciptakan perubahan positif, jangan ragu untuk mempertimbangkan profesi petani.

Baca Juga:
Antara Manfaat dan Bahaya Kopi Jika Dikonsumsi Setiap Hari

Ini bukan hanya sekadar pekerjaan, melainkan panggilan jiwa untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi kita semua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *