JAKARTA – Kabar mengejutkan datang dari PT Waskita Karya (Persero) Tbk! Perusahaan konstruksi pelat merah ini berencana untuk melepas kepemilikan saham di sejumlah ruas jalan tol hingga dua tahun ke depan. Pertanyaannya, apakah ini pertanda Waskita Karya sedang mengalami kesulitan keuangan alias bangkrut? Atau justru ini merupakan strategi baru untuk fokus pada bisnis inti?
Rencana penjualan ruas tol ini tentu saja menimbulkan tanda tanya besar di kalangan pelaku industri konstruksi dan investasi. Pasalnya, jalan tol merupakan aset yang menjanjikan dengan potensi pendapatan yang stabil dalam jangka panjang. Namun, Waskita Karya tampaknya memiliki pertimbangan lain.
Menurut Direktur Bisnis Strategi Portofolio dan Human Capital Waskita Karya, Rudi Purnomo, tahun ini Waskita akan melepas dua ruas tol, yakni Tol Cimanggis-Cibitung (CCT) serta Tol Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat lewat PT Hutama Marga Waskita (HMW).
“Divestasi tahun ini ada dua CCT sama HMW. Terus tahun depan kita rencanakan yang (tol) Pemalang-Batang. Ini sedang kita repackage untuk debt-nya. Diharapkan bisa recover IRR,” ujarnya saat public expose secara daring, Selasa (4/11/2025).
Rudi menjelaskan bahwa Waskita juga akan menjual Tol Pemalang-Batang, namun struktur utangnya sedang disusun ulang (repackage) agar menarik bagi investor. Hal ini menunjukkan bahwa Waskita Karya berupaya untuk mendapatkan harga yang optimal dari penjualan aset-aset tolnya.
Selain tol Pemalang-Batang, tahun depan Waskita Karya juga berencana melepas kepemilikan jalan tol Depok-Antasari. Rudi menerangkan bahwa hal ini sudah melalui pembahasan dengan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP) serta PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) selaku pemegang saham PT Citra Waspphutowa.
“Ini juga sudah ada pembicaraan. Ada beberapa investor yang nanti akan masuk. Kita akan take long kita akan dua. Dua yang akan kita gabung sama PP nanti untuk lepas. Itu nilainya hampir sekitar 30% nanti berdua itu,” terangnya.
Tidak hanya itu, pada tahun 2027, Rudi menyebutkan bahwa Waskita Karya juga akan melepas Pasuruan-Probolinggo atau Jalan Tol Paspro.
Ia mengakui bahwa dari segi traffic, ruas jalan tol tersebut cukup bagus. Namun, pihaknya menunggu makin tinggi nilainya setelah tersambung ke ruas Tol Probolinggo-Banyuwangi ruas Gending-Besuki yang dikerjakan oleh PT Jasa Marga.
Rudi menyebutkan bahwa Jasa Marga pun sudah tertarik untuk membeli kepemilikan di ruas tol Paspro.
“Kemarin Jasa Marga juga sudah tertarik karena Probolinggo Timur sama Besuki itu punya Jasa Marga. Kita punya yang Pasuruan Probolinggo. Cukup bagus. Sudah banyak sekali yang mau. Cuma kita tahan sampai 2027,” terangnya.
Lebih lanjut, Rudi menjelaskan bahwa selanjutnya akan ada ruas yang di Bocimi (Bogor-Ciawi-Sukabumi).
“Kan kita saat ini 55% SMI Pak. Nanti untuk akan ada rate issue untuk bisa diambil untuk porsi kita yang ada di Bogor, Jawa, Sukabumi,” jelas Rudi.
Baca Juga:
Lampion & Kembang Api Loy Krathong Ancam Penerbangan, Bandara Thailand Bertindak!
Sebelumnya, Waskita Karya memang telah berencana untuk mendivestasikan seluruh aset tol yang saat ini tersisa 9 ruas. Ke depan, Waskita Karya tidak akan lagi masuk ke bisnis tol sesuai bisnis inti, kecuali ada penugasan.
Direktur Utama Waskita Karya, Muhammad Hanugroho, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (5/3/2025), mengatakan bahwa upaya dan fokus Waskita Karya ke depan adalah stabilitas keuangan, back to core, dan jasa konstruksi.
“Mungkin ke depannya setelah kita divestasi seluruh jalan tol, kita tidak akan masuk ke jalan tol kecuali ada penugasan, itu akan berbeda,” kata Hanugroho.
Bangkrut atau Strategi Baru?
Lantas, apakah penjualan deretan ruas tol ini merupakan pertanda Waskita Karya sedang mengalami kesulitan keuangan alias bangkrut? Atau justru ini merupakan strategi baru untuk fokus pada bisnis inti?
Jika dilihat dari pernyataan Direktur Utama Waskita Karya, Muhammad Hanugroho, tampaknya Waskita Karya sedang berupaya untuk melakukan back to core bisnis, yaitu jasa konstruksi. Dengan menjual aset-aset tolnya, Waskita Karya dapat memperoleh dana segar yang dapat digunakan untuk mengembangkan bisnis konstruksinya.
Selain itu, penjualan aset tol juga dapat membantu Waskita Karya untuk mengurangi beban utang. Seperti yang kita ketahui, Waskita Karya memiliki utang yang cukup besar akibat proyek-proyek infrastruktur yang dikerjakannya.
Namun, di sisi lain, penjualan aset tol juga dapat mengurangi potensi pendapatan Waskita Karya di masa depan. Jalan tol merupakan aset yang menghasilkan pendapatan yang stabil dalam jangka panjang. Jika Waskita Karya menjual seluruh aset tolnya, maka perusahaan akan kehilangan sumber pendapatan yang penting.
Oleh karena itu, penjualan aset tol ini merupakan langkah yang berisiko bagi Waskita Karya. Jika Waskita Karya tidak dapat mengelola dana hasil penjualan aset tol dengan baik, maka perusahaan justru dapat terjerumus ke dalam masalah keuangan yang lebih serius.
Apa Dampaknya Bagi Masyarakat?
Penjualan ruas-ruas jalan tol ini tentu saja menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya bagi masyarakat. Apakah tarif tol akan naik setelah kepemilikan beralih ke investor baru? Apakah kualitas pelayanan jalan tol akan tetap terjaga?
Pertanyaan-pertanyaan ini tentu saja harus dijawab oleh pemerintah dan Waskita Karya. Pemerintah harus memastikan bahwa penjualan ruas-ruas jalan tol ini tidak merugikan masyarakat. Tarif tol harus tetap terjangkau dan kualitas pelayanan jalan tol harus tetap terjaga.
Selain itu, pemerintah juga harus memastikan bahwa investor baru memiliki komitmen untuk mengembangkan jalan tol dan meningkatkan kualitas infrastruktur di Indonesia.
Baca Juga:
Ejakulasi Dini: Berapa Menit Dikatakan Normal? Cari Tahu Batasnya di Sini!
Jadi, penjualan deretan ruas tol oleh Waskita Karya ini merupakan langkah yang penuh risiko dan tantangan. Apakah Waskita Karya akan berhasil keluar dari masalah keuangan dan kembali fokus pada bisnis inti? Atau justru terjerumus ke dalam masalah yang lebih serius? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya!









