JAKARTA – Dunia pendidikan kembali dikejutkan dengan inovasi terbaru dari ChatGPT. Setelah sempat menuai kontroversi karena dianggap memudahkan para siswa untuk mencontek, kini ChatGPT dikabarkan sedang menguji fitur baru bernama “Study Together.” Fitur ini dirancang untuk mengubah ChatGPT dari sekadar mesin penjawab pertanyaan menjadi teman belajar interaktif yang mendorong kolaborasi dan pemikiran kritis.
Kabar tentang fitur “Study Together” pertama kali mencuat di kalangan pengguna Reddit. Jika fitur ini benar-benar dirilis secara resmi, ia akan muncul sebagai opsi baru di bilah sisi kiri chatbot, memberikan akses mudah bagi para pengguna yang ingin merasakan pengalaman belajar yang berbeda.
Namun, di balik antusiasme menyambut fitur baru ini, masih tersimpan tanda tanya besar. Tujuan pasti OpenAI menghadirkan fitur “Study Together” masih belum jelas, karena belum ada keterangan resmi dari pihak pengembang. Spekulasi pun bermunculan, mulai dari upaya untuk memperbaiki citra ChatGPT di dunia pendidikan hingga ambisi untuk menciptakan platform belajar yang revolusioner.
Sebelumnya, ChatGPT memang menuai pro dan kontra di dunia pendidikan. Kemampuannya untuk memberikan jawaban instan dan akurat dianggap memudahkan siswa untuk mengerjakan tugas tanpa perlu berpikir keras. Hal ini memicu kekhawatiran tentang penurunan kualitas pendidikan dan hilangnya kemampuan berpikir kritis pada generasi muda.
Namun, dengan fitur “Study Together,” OpenAI tampaknya ingin mengubah paradigma tersebut. Dilansir dari Tech Crunch, jika fitur ini resmi dirilis, chatbot tidak hanya sekadar memberikan jawaban final, melainkan mengajak pengguna untuk berdiskusi dan bertukar pikiran. Dengan demikian, pengguna tetap harus aktif berpikir dan terlibat dalam proses belajar.
Fitur “Study Together” ini sebenarnya mirip dengan fitur LearnLM milik Google. Namun, terdapat perbedaan signifikan dalam pendekatannya. OpenAI lebih menekankan pada pembelajaran kolaboratif, di mana pengguna dapat belajar bersama-sama dan saling bertukar ide. Sementara itu, LearnLM cenderung memberikan informasi satu arah, mirip dengan guru yang sedang mengajar di kelas.
Pendekatan kolaboratif yang diusung oleh OpenAI ini diharapkan dapat membuat pengguna tidak hanya menyalin jawaban, tetapi terlibat dalam proses belajar yang lebih mendalam dan bermakna. Dengan demikian, pengguna dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, problem solving, dan kreativitas.
Namun, di tengah euforia menyambut fitur baru ini, CEO OpenAI Sam Altman justru memberikan peringatan yang mengejutkan. Dalam sebuah siniar, Altman meminta para pengguna untuk tidak terlalu percaya pada ChatGPT.
Ia mengakui bahwa ChatGPT masih memiliki keterbatasan dan seringkali memberikan jawaban yang tidak akurat atau bahkan “berhalusinasi.”
Altman mengatakan bahwa telah menjadi fenomena menarik ketika orang-orang menaruh tingkat kepercayaan yang tinggi pada ChatGPT. Padahal, AI seharusnya tidak terlalu dipercaya.
“Orang-orang memiliki tingkat kepercayaan yang sangat tinggi pada ChatGPT, yang menarik, karena AI berhalusinasi. Seharusnya teknologi itulah yang tidak terlalu Anda percayai,” kata Altman.
Peringatan dari CEO OpenAI ini menjadi pengingat penting bagi kita semua. Meskipun ChatGPT memiliki potensi besar untuk membantu kita dalam belajar dan bekerja, kita tidak boleh terlalu bergantung padanya. Kita harus tetap kritis dan skeptis terhadap informasi yang diberikan oleh ChatGPT, dan selalu memverifikasinya dengan sumber-sumber lain.
Baca Juga:
Martabak Mini Valencia: Legenda Manis di Pasar Puri Indah yang Bikin Nagih!
Selain itu, kita juga harus menyadari bahwa ChatGPT hanyalah alat bantu. Keberhasilan kita dalam belajar dan bekerja sangat bergantung pada kemampuan kita sendiri untuk berpikir, belajar, dan beradaptasi. ChatGPT tidak dapat menggantikan peran guru, dosen, atau mentor dalam membimbing kita.
Fitur “Study Together” merupakan langkah maju yang menjanjikan dalam pengembangan teknologi AI untuk pendidikan. Namun, keberhasilan fitur ini sangat bergantung pada bagaimana kita menggunakannya. Jika kita menggunakannya dengan bijak dan bertanggung jawab, fitur ini dapat menjadi alat yang ampuh untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan masa depan.
Namun, jika kita menggunakannya secara tidak tepat, fitur ini justru dapat memperburuk masalah yang sudah ada, seperti penurunan kualitas pendidikan dan hilangnya kemampuan berpikir kritis.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus berdiskusi dan mencari cara terbaik untuk memanfaatkan teknologi AI dalam pendidikan. Kita harus melibatkan semua pihak terkait, termasuk guru, siswa, orang tua, pengembang teknologi, dan pemerintah, untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang inovatif dan inklusif.
Selain itu, kita juga harus memperhatikan aspek etika dan sosial dari penggunaan teknologi AI dalam pendidikan. Kita harus memastikan bahwa teknologi AI tidak memperburuk kesenjangan sosial, melainkan justru membantu meningkatkan akses terhadap pendidikan berkualitas bagi semua orang.
Fitur “Study Together” merupakan contoh bagaimana teknologi AI dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar dan mendorong kolaborasi. Namun, ini hanyalah langkah awal. Masih banyak potensi yang belum tereksplorasi dalam pengembangan teknologi AI untuk pendidikan.
Di masa depan, kita dapat membayangkan teknologi AI yang dapat memberikan personalisasi belajar yang adaptif, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan membantu siswa mengembangkan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
Namun, untuk mewujudkan visi tersebut, kita membutuhkan investasi yang besar dalam penelitian dan pengembangan, serta kerjasama yang erat antara semua pihak terkait. Kita juga harus terus belajar dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang pesat.
ChatGPT dengan fitur “Study Together”-nya menawarkan harapan baru bagi dunia pendidikan. Namun, keberhasilan inovasi ini terletak di tangan kita. Mari kita manfaatkan teknologi ini dengan bijak dan bertanggung jawab untuk menciptakan masa depan pendidikan yang lebih baik.
Kehadiran fitur “Study Together” juga memicu perdebatan tentang peran guru di era digital. Apakah guru akan tergantikan oleh AI? Jawabannya tentu tidak. Guru tetap memegang peran penting dalam membimbing siswa, memberikan motivasi, dan menanamkan nilai-nilai moral.
AI hanyalah alat bantu yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan efektivitas pengajaran dan memberikan pengalaman belajar yang lebih personal bagi siswa.
Baca Juga:
Distribusi MBG di Menes Tuai Sorotan: Mobil Bak Terbuka Dipakai, Layakkah?
Dengan demikian, masa depan pendidikan adalah kolaborasi antara manusia dan mesin. Guru dan AI dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan belajar yang dinamis, interaktif, dan personal, yang dapat membantu siswa mencapai potensi maksimal mereka.









