Posted in

Gelar Sarjana Tak Laku? Perusahaan Lebih Pilih Lulusan SMA, Ini Alasannya!

JAKARTA – Tren di bursa kerja tampaknya mulai mengalami pergeseran yang cukup signifikan. Gelar sarjana, yang selama ini dianggap sebagai tiket untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji layak, kini tak lagi menjadi penentu utama. Bahkan, ironisnya, banyak lulusan kuliah yang justru menjadi pengangguran meskipun telah berusaha melamar di berbagai perusahaan.

Fenomena ini semakin menguat dengan adanya beberapa perusahaan yang justru lebih memilih untuk merekrut lulusan SMA. Salah satunya adalah perusahaan analitik data bernama Palantir Technologies, yang mendadak terkenal setelah mendapatkan banyak kontrak di pemerintahan Trump.

Palantir Lebih Pilih Lulusan SMA, Kampus Dinilai Rusak!

Palantir Technologies memiliki program unik bernama Beasiswa Meritokrasi, yang digagas oleh CEO Alex Karp. Program ini menawarkan kesempatan bekerja penuh waktu di Palantir bagi lulusan SMA yang memenuhi kriteria.

Menurut Palantir, sistem perkuliahan di kampus saat ini dinilai “rusak” dan kriteria penerimaan mahasiswa pun dianggap “cacat”. Bahkan, Karp secara tegas menyebutkan bahwa kampus di Amerika Serikat (AS) tidak bisa diandalkan atau diperlukan untuk melatih pekerja.

Program Beasiswa Meritokrasi ini ternyata mendapatkan sambutan yang cukup antusias. Tercatat, sekitar 500 lulusan SMA mendaftar untuk mendapatkan beasiswa tersebut.

Beberapa orang mengaku tidak tertarik untuk kuliah, sementara yang lain mendaftar setelah ditolak oleh kampus yang mereka inginkan, seperti yang dikutip dari WSJ, Senin (3/11/2025).

Pada angkatan pertama, terdapat 22 orang penerima beasiswa. Mereka mengikuti serangkaian kegiatan, dimulai dengan seminari selama empat minggu yang menghadirkan banyak pembicara dengan tema yang bervariasi, mulai dari fondasi Barat, sejarah AS, hingga studi kasus pemimpin.

Program ini akan berakhir pada November ini, dan bagi para penerima beasiswa yang lulus akan memiliki kesempatan untuk bekerja di Palantir secara full-time.

Program Beasiswa yang Berbeda dari Magang Biasa

Karena para penerima beasiswa adalah anak-anak lulusan SMA, program ini pun dirancang berbeda dari program magang pada umumnya. Konselor senior yang bekerja dengan Karp dalam proyek khusus, Jordan Hirsch, mengatakan bahwa pihaknya memiliki kewajiban untuk menyediakan sesuatu yang lebih bagi mereka.

Hirsch juga harus menghadapi tantangan dalam membimbing anak-anak yang belum berpengalaman, misalnya belum pernah mencatat selama seminar atau mengerjakan sesuatu di luar pelajaran sekolahnya.

Baca Juga:
Antara Manfaat dan Bahaya Kopi Jika Dikonsumsi Setiap Hari

Namun, Gideon Rose, mantan editor majalah Foreign Affairs dan asisten profesor tambahan di Barnard College, mengatakan bahwa pelajaran yang diberikan pada penerima beasiswa tidak membahas soal perspektif ideologis atau partisan politik, melainkan pada pengantar hubungan internasional.

Selain itu, para penerima beasiswa juga berkesempatan untuk pergi bersama tim yang ada di Palantir. Ini menjadi ajang uji coba bagi mereka, di mana mereka bisa mengalami sendiri bagaimana rasanya bertemu klien saat bekerja.

Minggu ketiga atau keempat, para bos di Palantir biasanya telah memiliki gambaran mengenai siapa saja yang bekerja dengan baik untuk lingkungan perusahaan.

Bekerja Cepat Tanpa Kuliah, Bukan Pilihan yang Mudah

Meskipun menawarkan kesempatan yang menarik, bekerja cepat tanpa kuliah bukanlah pilihan yang mudah bagi para penerima beasiswa. Mereka harus menghadapi tantangan dari orang tua dan orang-orang terdekat mereka.

Salah satunya adalah Matteo Zanini, yang mengaku mendapatkan beasiswa saat menerima pemberitahuan penerimaan di Universitas Brown. Tidak ada yang menyarankan Matteo untuk ikut dalam beasiswa tersebut, sementara orang tuanya menyerahkan keputusan itu sepenuhnya pada dirinya.

Sam Feldman, seorang karyawan Palantir, mengatakan bahwa mungkin ada beberapa orang yang menolak bekerja di Palantir dan memilih untuk mendaftar kuliah. Dia memastikan bahwa tidak ada satupun penerima beasiswa yang akan bekerja di bidang investasi dan konsultan.

“Mereka telah merasakan rasanya membangun dan memiliki agensi,” ungkapnya.

Apakah Gelar Sarjana Tak Lagi Relevan?

Fenomena ini tentu menimbulkan pertanyaan besar: apakah gelar sarjana tak lagi relevan di dunia kerja saat ini? Apakah perusahaan lebih menghargai keterampilan praktis dan pengalaman kerja dibandingkan dengan gelar akademis?

Meskipun masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan yang pasti, tren ini menunjukkan bahwa dunia kerja semakin dinamis dan kompetitif.

Para pencari kerja, baik lulusan SMA maupun sarjana, dituntut untuk memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri dan mampu beradaptasi dengan perubahan yang cepat.

Baca Juga:
5 Sayuran Ampuh Atasi Asam Urat dalam 30 Hari (Terbukti!)

Selain itu, penting juga untuk mempertimbangkan pilihan pendidikan alternatif seperti program beasiswa, pelatihan keterampilan, atau kursus online yang dapat memberikan keterampilan praktis dan meningkatkan daya saing di pasar kerja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *