Posted in

KFC Indonesia Merugi: Pangkas Ribuan Karyawan, Bagaimana Nasib Gerai Lainnya?

JAKARTA – Industri makanan cepat saji di Indonesia tengah menghadapi tantangan yang tidak ringan. PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), perusahaan yang menaungi restoran cepat saji kenamaan KFC, dilaporkan telah melakukan pemangkasan terhadap 1.041 karyawan dan menutup 20 gerai sepanjang tahun 2025 ini. Langkah pahit ini diambil di tengah upaya perusahaan untuk memulihkan kinerja keuangan yang terpuruk akibat dampak pandemi Covid-19.

Kabar ini tentu mengejutkan banyak pihak. KFC, sebagai salah satu ikon kuliner global, telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup masyarakat Indonesia.

Gerai-gerainya yang mudah ditemukan di berbagai sudut kota, menjadi tempat favorit untuk bersantap bersama keluarga, teman, maupun kolega. Namun, di balik gemerlap lampu dan aroma ayam goreng yang menggoda, tersimpan realitas bisnis yang penuh tantangan.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan per 30 September 2025, jumlah gerai KFC yang beroperasi di seluruh Indonesia tercatat sebanyak 695 unit. Angka ini menyusut dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2024 yang mencapai 715 gerai.

Penutupan 20 gerai dalam kurun waktu sembilan bulan, mengindikasikan adanya tekanan yang cukup besar terhadap kinerja operasional perusahaan.

Tidak hanya jumlah gerai yang menyusut, jumlah karyawan FAST juga mengalami penurunan signifikan. Dari 13.106 orang pada akhir tahun lalu, menjadi 12.065 orang pada September tahun ini. Pemangkasan 1.041 karyawan tentu berdampak besar bagi kehidupan mereka dan keluarga.

Di tengah kondisi ekonomi yang masih belum sepenuhnya pulih, kehilangan pekerjaan menjadi pukulan yang sangat berat.

Direktur Fast Food Wachjudi Martono menjelaskan bahwa langkah-langkah efisiensi operasional, optimalisasi rantai pasok, serta penguatan kinerja anak perusahaan, menjadi strategi utama untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang.

Perusahaan juga berupaya untuk memperbaiki profitabilitas dan struktur keuangan melalui pengendalian biaya, peningkatan produktivitas, serta kerja sama dengan mitra strategis untuk memperluas potensi pasar.

Namun, upaya-upaya tersebut tampaknya belum cukup untuk mengangkat kinerja keuangan perusahaan secara signifikan. Hingga kuartal III/2025, FAST masih membukukan rugi bersih sebesar Rp239,58 miliar.

Meskipun angka ini menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan rugi bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp557,08 miliar, namun tetap saja menjadi sinyal bahwa perusahaan masih membutuhkan kerja keras untuk keluar dari zona merah.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan adalah penyusutan pada sejumlah beban. Beban penjualan dan distribusi menyusut dari Rp2,09 triliun menjadi Rp1,91 triliun. Kemudian, beban umum dan administrasi menyusut dari Rp572,03 miliar menjadi Rp523,51 miliar.

Lalu, beban operasi lain menyusut dari Rp36,95 miliar menjadi Rp31,97 miliar. Penurunan beban-beban ini menunjukkan adanya upaya efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan.

Baca Juga:
BUMN Tower “Ghosting”: Apa Kabar Ikon IKN Setinggi 778 Meter?

Namun, efisiensi saja tidak cukup. FAST juga perlu meningkatkan pendapatan dan daya saing agar dapat kembali mencetak laba. Persaingan di industri makanan cepat saji semakin ketat.

Munculnya pemain-pemain baru dengan konsep yang inovatif dan harga yang lebih terjangkau, membuat KFC harus berjuang lebih keras untuk mempertahankan pangsa pasarnya.

Pandemi Covid-19 telah memberikan pukulan telak bagi industri makanan cepat saji. Pembatasan sosial dan perubahan perilaku konsumen, membuat banyak restoran mengalami penurunan omzet yang signifikan. FAST pun tidak luput dari dampak tersebut. Pada tahun pertama pandemi, FAST merugi Rp377 miliar. Kerugian itu kian melebar pada tahun lalu, yaitu minus Rp798 miliar.

Kondisi ini tentu menjadi perhatian serius bagi manajemen FAST. Berbagai strategi telah dan akan terus dilakukan untuk memulihkan kinerja keuangan perusahaan.

Selain efisiensi dan optimalisasi, FAST juga berupaya untuk mengembangkan menu-menu baru yang sesuai dengan selera konsumen Indonesia, memperkuat layanan pesan antar, serta meningkatkan kualitas pelayanan di gerai-gerai.

Namun, tantangan yang dihadapi FAST tidak hanya berasal dari faktor internal. Kondisi ekonomi global yang tidak pasti, inflasi, serta fluktuasi nilai tukar rupiah, juga dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.

Oleh karena itu, FAST perlu memiliki strategi yang adaptif dan responsif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal.

Masa depan KFC di Indonesia masih belum pasti. Namun, dengan sejarah panjang dan brand awareness yang kuat, KFC memiliki potensi untuk bangkit kembali. Kunci keberhasilan terletak pada kemampuan perusahaan untuk berinovasi, beradaptasi, dan merespon kebutuhan konsumen dengan cepat dan tepat.

Selain itu, dukungan dari pemerintah dan stakeholder terkait juga sangat penting. Pemerintah dapat memberikan insentif dan kemudahan bagi industri makanan cepat saji untuk bangkit kembali setelah pandemi.

Sementara itu, stakeholder terkait seperti pemasok, investor, dan karyawan, juga perlu memberikan dukungan agar FAST dapat melewati masa-masa sulit ini.

Semoga KFC dapat segera menemukan formula yang tepat untuk memulihkan kinerjanya dan kembali menjadi salah satu pemain utama di industri makanan cepat saji Indonesia.

Aksi heroik Rahmat Fauzi ini menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara Polri dan masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif.

Baca Juga:
42K Bukan Mimpi: Bongkar Rahasia Latihan Marathon 16 Minggu Ala Pro!

Semoga aksi heroik ini dapat menginspirasi para pengemudi ojol lainnya untuk turut serta dalam menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan masing-masing.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *