Posted in

Laut Alor Geger! Fenomena Langka Bikin Ikan ‘Pingsan’

JAKARTA – Ada keajaiban tersembunyi di perairan Nusa Tenggara Timur (NTT), tepatnya di Selat Mulut Kumbang, Alor Kecil. Sebuah fenomena langka yang tak ditemukan di belahan dunia lain, membuat para ilmuwan terpukau dan ikan-ikan mengalami ‘kejutan’ ekstrem. Suhu air laut yang biasanya hangat, tiba-tiba anjlok drastis, membuat ikan-ikan seolah ‘pingsan’ di tempat!

Fenomena unik ini dikenal dengan sebutan Extreme Upwelling Event (EUE), sebuah peristiwa alam yang menakjubkan sekaligus misterius.

Bagaimana tidak, bayangkan saja, suhu air laut yang normalnya 28 derajat Celcius, bisa tiba-tiba merosot tajam hingga mencapai 12 derajat Celcius! Perubahan suhu ekstrem ini terjadi dalam waktu singkat, membuat biota laut setempat kaget dan tak berdaya.

Menurut Achmad Sahri, peneliti Ahli Madya Pusat Riset Sistem Biota Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), EUE merupakan peristiwa naiknya massa air laut yang sangat dingin dari lapisan dalam menuju permukaan secara tiba-tiba.

Fenomena upwelling sendiri sebenarnya cukup umum terjadi di berbagai perairan, namun EUE di Alor ini memiliki keunikan tersendiri.

“Biasanya penurunan suhu akibat upwelling di daerah tropis hanya sekitar dua derajat Celcius, tetapi di Alor kami mencatat penurunan hingga sepuluh derajat hanya dalam waktu singkat sekitar satu jam,” jelas Sahri.

Perbedaan signifikan inilah yang membuat EUE di Alor menjadi sangat istimewa dan menarik untuk diteliti lebih lanjut.

Pemicu Misterius: Pasang Purnama dan Topografi Unik

Lantas, apa yang menyebabkan fenomena langka ini bisa terjadi di Selat Mulut Kumbang? Anindya Wirasatriya, Guru Besar di Departemen Oseanografi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, menjelaskan bahwa EUE ini terjadi bersamaan dengan pasang purnama (spring tide) yang menggerakkan air secara vertikal.

“Peristiwa ini berlangsung bersamaan dengan pasang purnama yang memicu pergerakan massa air secara vertikal dengan kecepatan sekitar 0,012 meter per detik,” ujar Anindya.

Pergerakan air yang kuat ini membawa air dingin dari kedalaman laut ke permukaan, menyebabkan penurunan suhu yang ekstrem.

Selain itu, Anindya juga menambahkan bahwa salinitas air laut juga meningkat drastis saat EUE terjadi, dari 30 PSU menjadi 36 PSU. Hal ini semakin mengindikasikan bahwa air yang naik berasal dari lapisan laut yang lebih dalam, di mana suhu lebih rendah dan kadar garam lebih tinggi.

Namun, faktor pasang purnama saja tidak cukup untuk menjelaskan keunikan EUE di Alor. Anindya mengungkapkan bahwa topografi lokal yang khas juga memainkan peran penting dalam memicu fenomena ini.

Selat Mulut Kumbang memiliki bentuk dasar laut yang sempit dan curam, yang memungkinkan terjadinya upwelling yang sangat kuat.

Baca Juga:
Jangan Langsung Lari! 8 Gerakan Pemanasan Ini Bisa Cegah Cedera Parah!

Fenomena Lokal, Dampak Global

EUE di Selat Mulut Kumbang berlangsung setidaknya selama 1-4 hari dan dapat terjadi dua kali dalam sehari mengikuti pasang surut semi-diurnal.

Meskipun tergolong fenomena langka, EUE memiliki dampak besar pada ekosistem laut setempat. Penurunan suhu ekstrem menyebabkan ikan-ikan tropis mengalami kejutan termal hingga pingsan dan mudah ditangkap oleh warga sekitar.

“Kondisi tersebut juga menarik perhatian lumba-lumba dan mamalia laut lainnya yang memanfaatkan momen tersebut untuk berburu ikan,” tutur Sahri.

Fenomena ini menjadi berkah tersendiri bagi para nelayan lokal, namun juga menimbulkan pertanyaan mengenai dampak jangka panjangnya terhadap populasi ikan di perairan tersebut.

Menariknya, fenomena EUE di Selat Mulut Kumbang diklaim sebagai yang pertama dan satu-satunya di dunia.Hingga saat ini, belum ada laporan kejadian serupa di perairan tropis lainnya. Hal ini semakin menegaskan keunikan dan pentingnya Selat Mulut Kumbang sebagai laboratorium alam yang perlu dijaga dan dilestarikan.

Potensi Wisata: Menjelajahi Keajaiban Alam Alor

Selain dampak ekologis, EUE di Alor juga memiliki potensi ekonomi dan wisata yang besar. Kejadian langka ini dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata ilmiah berbasis konservasi, di mana wisatawan dapat menyaksikan fenomena alam luar biasa tanpa merusak lingkungan.

“Masyarakat dapat mengamati lumba-lumba dari bibir pantai atau tubir, tanpa harus menggunakan perahu yang dapat mengganggu tingkah laku biota tersebut,” tambah Sahri.

Dengan pengelolaan yang baik, EUE dapat menjadi daya tarik wisata yang berkelanjutan dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.

Menjaga Keberlangsungan Keajaiban Alor

Fenomena EUE di Selat Mulut Kumbang adalah bukti nyata betapa kompleks dan menakjubkannya alam semesta ini. Keberadaan fenomena ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan memahami dinamika alam yang terus berubah.

Penelitian lebih lanjut mengenai EUE di Alor perlu terus dilakukan untuk memahami lebih dalam mengenai mekanisme terjadinya fenomena ini dan dampaknya terhadap ekosistem laut setempat.

Dengan pengetahuan yang lebih baik, kita dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi dan memanfaatkan keajaiban alam Alor secara berkelanjutan.

Baca Juga:
MKD Bersidang: Nafa Urbach Dituding Hedon, Uya Kuya-Eko Patrio Rendahkan DPR?

Selat Mulut Kumbang adalah permata tersembunyi di Nusa Tenggara Timur yang menyimpan misteri dan keindahan yang tak ternilai harganya. Mari kita jaga bersama keajaiban ini agar dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *