BANDUNG – Gedung Sasana Budaya Ganesha Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 7-9 Agustus 2025 menjadi saksi bisu dari gelaran akbar Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri. Acara yang dihelat oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi ini menjadi panggung bagi lebih dari 2.000 saintis dari seluruh penjuru negeri untuk memamerkan inovasi-inovasi mutakhir mereka. Dari robot anjing penjaga yang lincah hingga kapsul jamu ajaib yang diklaim mampu menyembuhkan berbagai penyakit, konvensi ini menjadi bukti nyata potensi besar yang dimiliki oleh anak bangsa dalam mengembangkan teknologi dan sains.
Salah satu inovasi yang paling mencuri perhatian pengunjung adalah robot anjing buatan tim robotika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Robot ini bukan sekadar pajangan, melainkan demonstrasi nyata kemampuan teknologi robotika yang semakin maju di Indonesia.
Robot anjing ini mampu berdiri, berjalan, mengangkat kaki depan seolah bersalaman dengan orang, bahkan melompat sambil memutar badan. Kelincahan dan kemampuan adaptasinya membuat banyak pengunjung terpukau dan berdecak kagum.
Ternyata, teknologi yang sama sempat unjuk gigi di Monas, Jakarta, di sela puncak Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Bhayangkara, pada 1 Juli lalu. Digandeng oleh PT Ezra Robotics Teknologi, tim dari ITS ikut menggarap software yang dipakai robot anjing jenis X30 dan Lite3 pro.
Keikutsertaan robot anjing dalam acara tersebut menunjukkan bahwa teknologi ini tidak hanya menarik bagi kalangan akademisi, tetapi juga memiliki potensi aplikasi yang luas di berbagai bidang, termasuk keamanan dan ketertiban masyarakat.
Kembali dipamerkan dalam konvensi teknologi, android berkaki empat atau quadruped yang dilengkapi akal imitasi (AII) itu dirancang untuk kebutuhan industri, keamanan, hingga mitigasi bencana.
Merujuk keterangan pegawai booth ITS kepada Tempo, dalam pameran, robot anjing itu dilengkapi sensor suhu dan sensor suara, navigasi berbasis sensor laser (LiDAR) dan pelacak (GPS), serta AI untuk mendeteksi anomali di lingkungan ekstrem. Fitur-fitur canggih ini memungkinkan robot anjing untuk beroperasi secara mandiri dan memberikan informasi penting kepada operator dalam situasi yang berbahaya.
Robot ini juga dirancang untuk inspeksi termal dengan sensor di gardu induk listrik. Ada juga fungsi pemetaan lingkungan, serta patroli rutin. Selain robot anjing setinggi 45 sentimeter untuk penggunaan umum domestik, ITS juga mengembangkan versi yang besar, dengan tinggi 71 sentimeter, untuk keperluan level industri.
Pengembangan berbagai ukuran robot anjing ini menunjukkan bahwa ITS berupaya untuk memenuhi kebutuhan pasar yang beragam dan menghadirkan solusi yang sesuai dengan kebutuhan spesifik setiap industri.
Pameran inovasi yang digelar Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi tersebut diikuti lebih dari 2.000 orang saintis. Agenda ini mempertemukan mengumpulkan para peneliti dan guru besar dari seantero negeri, khususnya bidang sains, teknologi, engineering atau teknik, dan matematika (STEM).
Konvensi ini menjadi ajang yang sangat penting untuk saling bertukar informasi, berbagi pengalaman, dan menjalin kerjasama antar para peneliti dan akademisi di Indonesia.
Selain robot anjing, konvensi sains ini juga diramaikan dengan pameran drone untuk berbagai keperluan. Salah satunya adalah Drone FEIA16 buatan ITB, yang dirancang untuk mengoptimalkan penyemprotan lahan pertanian dari angkasa.
Teknologi terbang nirawak ini memiliki kantong untuk bahan cair berkapasitas 16 liter serta 30 liter. Penggunaan drone dalam pertanian dapat meningkatkan efisiensi penyemprotan, mengurangi penggunaan pestisida, dan meningkatkan produktivitas pertanian.
Baca Juga:
Geger Pelantikan Eselon II Pemprov Banten: Mahasiswa Soroti Aroma Nepotisme dan Jual Beli Jabatan!
“Sejak tahun lalu sudah digunakan di perkebunan pisang di Bali,” kata Fenny Fenny Martha Dwivany, dosen ITB yang ditemui Tempo di lokasi konvensi, pada Jumat, 8 Agustus 2025.
Penggunaan drone di perkebunan pisang di Bali menjadi bukti nyata manfaat teknologi ini bagi sektor pertanian.
Tidak hanya teknologi canggih, konvensi ini juga menampilkan inovasi di bidang obat-obatan tradisional. Etalase peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) berisi jamu dalam bentuk kapsul yang diklaim sanggup menurunkan kadar asam urat.
Jamu ini berisi ekstrak tanaman perdu yaitu sidaguri (Sida rhombifolia), ekstrak seledri, dan tempuyung. Inovasi ramuan yang diproduksi massal ini sedang dikembangkan menjadi obat. Pengembangan jamu tradisional menjadi obat modern merupakan upaya untuk memanfaatkan kekayaan alam Indonesia dan membuktikan khasiat obat-obatan tradisional secara ilmiah.
Konvensi Sains Teknologi di ITB ini menjadi momentum penting untuk mendorong pengembangan sains dan teknologi di Indonesia. Dengan mempertemukan para peneliti, akademisi, dan pelaku industri, konvensi ini membuka peluang untuk kolaborasi dan inovasi yang lebih besar.
Diharapkan, inovasi-inovasi yang dipamerkan dalam konvensi ini dapat segera diimplementasikan dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat Indonesia.
Namun, pengembangan sains dan teknologi di Indonesia tidak hanya membutuhkan inovasi, tetapi juga dukungan dari pemerintah dan seluruh elemen masyarakat. Pemerintah harus memberikan dukungan finansial, regulasi yang jelas, dan infrastruktur yang memadai untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi pengembangan sains dan teknologi.
Masyarakat juga memiliki peran penting dalam mendukung pengembangan sains dan teknologi. Masyarakat dapat membeli produk-produk inovatif buatan anak bangsa, mendukung penelitian dan pengembangan di perguruan tinggi dan lembaga penelitian, serta meningkatkan kesadaran tentang pentingnya sains dan teknologi bagi kemajuan bangsa.
Konvensi Sains Teknologi di ITB merupakan langkah awal yang baik untuk membangun ekosistem inovasi yang kuat di Indonesia. Dengan kerjasama dan dukungan dari semua pihak, diharapkan Indonesia dapat menjadi negara yang maju dan berdaya saing di bidang sains dan teknologi.
Selain inovasi-inovasi yang telah disebutkan, konvensi ini juga menampilkan berbagai inovasi lainnya di bidang energi terbarukan, teknologi informasi, material maju, dan lain-lain. Keragaman inovasi yang dipamerkan menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat inovasi di kawasan Asia Tenggara.
Namun, potensi ini perlu dikembangkan dan didukung secara berkelanjutan. Pemerintah, perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan sektor swasta harus bekerja sama untuk menciptakan ekosistem inovasi yang kondusif, yang mendorong kreativitas, kolaborasi, dan komersialisasi hasil penelitian.
Konvensi Sains Teknologi di ITB merupakan bukti nyata bahwa Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu menghasilkan inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat
Baca Juga:
Banten Sabet 8 Medali di Popnas: Awal Manis, Semangat Juara Terus Berkobar!
. Mari kita terus mendukung pengembangan sains dan teknologi di Indonesia agar dapat mewujudkan Indonesia yang maju, sejahtera, dan berdaya saing.



