PROLOGMEDIA – Tunas rotan muda — yang dikenal sebagai umbut rotan — adalah salah satu warisan kuliner tradisional Indonesia yang menarik untuk dieksplorasi. Dalam sejumlah daerah, terutama di Pulau Sumatera dan Kalimantan, umbut rotan lama telah menjadi bagian dari budaya makan masyarakat. Rasanya unik: perpaduan gurih, sedikit pahit yang lembut, serta tekstur renyah berserat — kombinasi yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pencinta masakan khas nusantara.
Namun agar cita rasanya maksimal, perlu penanganan khusus sebelum umbut rotan bisa dimasak. Proses pertama adalah pemilihan: pilih umbut yang masih muda dan segar, biasanya berwarna putih atau kuning muda dengan tekstur lembut; hindari umbut yang sudah cokelat atau hitam, karena bisa berarti sudah tua atau membusuk. Setelah dipilih, kulit luar batang rotan dikupas hingga menyisakan bagian putih lembut. Duri pada batang pun perlu dihilangkan dengan hati‑hati menggunakan pisau tajam. Bagian yang tampak lebih tua atau berubah warna sebaiknya dipotong dan dibuang. Setelah dikupas dan dibersihkan dari getah atau kotoran dengan air mengalir, umbut dipotong — biasanya sekitar 2–3 cm — sesuai selera.
Untuk meredam rasa pahit yang alami, ada trik yang cukup efektif: rendam umbut rotan dalam air dingin selama beberapa jam atau bahkan semalaman. Beberapa resep tradisional menambahkan air jeruk nipis, air garam, atau kapur sirih dalam air rendaman untuk hasil terbaik. Setelah direndam, umbut direbus dalam air mendidih hingga lunak. Penulisannya sering menyarankan membuang air rebusan pertama untuk menyingkirkan senyawa pahit. Bila rasa pahit masih terasa, perebusan dapat diulang. Setelah itu, tiriskan dan cuci sekali lagi dengan air bersih sebelum melanjutkan ke proses memasak.
Dengan persiapan matang seperti itu, umbut rotan siap diolah menjadi beragam hidangan tradisional — mulai dari sayur berkuah hingga tumisan, tergantung selera dan kebiasaan daerah.
Misalnya, ada hidangan khas Kalimantan Tengah bernama juhu umbut rotan. Dalam resep juhu, umbut rotan yang sudah bersih dan lunak dipadukan dengan protein seperti ikan sungai (patin atau gabus), udang, atau daging sesuai selera. Kuah dibuat dari santan encer dan santan kental agar rasanya kaya dan lembut. Bumbu halus umumnya terdiri dari bawang putih, bawang merah, dan ketumbar. Proses memasak diawali dengan menumis bumbu bersama serai, lengkuas mememarkan, dan daun salam hingga harum. Setelah itu, masukkan protein pilihan, aduk hingga warnanya berubah, lalu tambahkan umbut rotan dan santan encer. Setelah bumbu meresap dan kuah mendidih, santan kental dituangkan. Api dikecilkan, lalu diaduk perlahan agar santan tidak pecah. Terakhir, rasa disesuaikan dengan garam, gula, atau penyedap. Hasilnya: kuah santan kental dengan rasa gurih asam dan sedikit pahit — cocok dinikmati hangat bersama nasi, ikan bakar, sambal serai, atau terung.
Di sisi lain, bagi penggemar rasa lebih rempah dan kaya aroma, ada pula gulai umbut rotan — khas dari Sumatera (terutama Bengkulu dan Sumatera Selatan). Versi ini lebih kompleks dalam hal bumbu: bumbu halus seperti cabai (merah maupun rawit), lengkuas, kunyit, kemiri, bawang merah, bawang putih, jahe, dan lada — semuanya digiling halus. Ditambah bumbu cemplung seperti daun kunyit, serai, daun salam, daun jeruk, dan kadang asam kandis untuk sentuhan khas asam-rempah. Kulit santan pekat membuat kuah gulai terasa kental dan gurih. Jika suka, Anda bisa menambahkan terong panjang atau terong ungu untuk tekstur tambahan, serta ikan asap atau ikan salai sebagai protein tambahan. Cara masaknya: tumis bumbu halus hingga wangi, tambahkan rempah daun dan serai, kemudian tuang santan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk agar santan tidak pecah. Setelah itu, masukkan umbut rotan dan bahan pelengkap, masak sampai umbut empuk dan bumbu meresap sempurna. Koreksi rasa sesuai selera, dan gulai siap dinikmati — pas untuk suasana makan bersama keluarga atau ketika musim hujan datang.
Baca Juga:
Amerika Krisis Pangan, Indonesia Justru Berjaya dengan Surplus Tertinggi dalam 10 Tahun Terakhir!
Kalau ingin cara yang lebih cepat dan sederhana, tumis umbut rotan bisa jadi pilihan. Setelah umbut direbus dan dicuci bersih, siap dimasak bersama bumbu iris sederhana seperti bawang merah, bawang putih, serta cabai merah atau hijau dan tomat. Untuk rasa lebih kaya, bisa juga menggunakan bumbu halus seperti bawang, cabai rawit, kemiri, dan terasi. Tumis di minyak panas, masukkan umbut rotan, aduk rata, lalu tambahkan bahan pelengkap seperti terong pipit atau ikan goreng/sarden sesuai keinginan. Dalam beberapa resep, garam, gula, merica, dan penyedap digunakan untuk menyesuaikan rasa. Teknik yang disarankan adalah tumis dengan api besar dan cepat — cara ini menjaga umbut tetap lembut, renyah, dan menekan rasa pahit yang tersisa.
Tidak kalah menarik: umbut rotan juga bisa disajikan sebagai lalapan atau dicampur menjadi sambal — opsi yang populer di beberapa komunitas. Setelah melalui proses bersih, kupas, rendam, dan rebus hingga empuk, umbut bisa langsung dinikmati bersama nasi dan lauk favorit. Beberapa orang bahkan membakar umbut sebentar di atas api, lalu menabur sedikit garam agar rasa alaminya lebih menonjol. Bila Anda lebih suka sambal, umbut rotan yang telah direbus bisa diulek bersama bawang merah, bawang putih, cabai rawit, tomat, terasi (opsional), garam, dan gula. Ulek kasar sesuai selera kekentalan sambal; beberapa orang juga menumis sambal bersama umbut agar rasa lebih matang dan meresap. Variasi lain — seperti penambahan sarden — kadang juga dipilih untuk menambah gurih dan dimensi rasa.
Di balik kelezatannya, umbut rotan ternyata juga punya nilai gizi. Berdasarkan penelitian terhadap umbut rotan jenis “noko” (Umbut rotan — tumbuhan rotan muda), kandungan gizinya tergolong ringan namun cukup baik: kadar air sekitar 90,3%, protein sekitar 2,11%, karbohidrat 6,08%, lemak 0,33%, serta abu (sisa mineral) sekitar 1,2%. Dengan kadar air tinggi dan lemak rendah, umbut rotan bisa jadi alternatif sayuran yang ringan dan sehat — terutama jika Anda ingin makanan berserat tinggi dengan kalori relatif rendah.
Keunikan — dari rasa sampai tekstur — serta fleksibilitas dalam pengolahan membuat umbut rotan layak diperkenalkan lebih luas. Bagi yang tinggal di luar daerah asal kuliner ini, mencoba umbut rotan bisa jadi cara menarik mengenal kekayaan kuliner lokal, sekaligus merasakan petualangan rasa berbeda. Apalagi dengan berbagai varian olahan — aula santan khas, tumis praktis, lalapan sederhana, hingga sambal pedas — hampir bisa dikatakan umbut rotan menawarkan sesuatu untuk setiap selera.
Bagi Anda yang penasaran ingin mencicipi — baik sebagai hidangan utama, lauk, maupun pendamping nasi — persiapan mutlak dilakukan: pilih umbut segar, bersihkan duri dan getah, rendam serta rebus untuk mengurangi pahit, lalu pilih gaya masak sesuai selera. Dan ketika semangkuk hangat umbut rotan dengan kuah santan atau tumisan rempah datang di meja, Anda tak hanya menikmati rasa — tapi juga menyantap sepotong warisan kuliner nusantara.
Baca Juga:
Kentut Itu Sehat?! 3 Alasan Gak Nyangka Kenapa Lo Gak Boleh Malu Kentut!









