Posted in

Pakaian Bekas Impor Bikin Rugi Negara: Produksi Garmen RI Anjlok 700 Ribu Ton!

JAKARTA, 3 November 2025 – Kabar buruk menghantam industri garmen Indonesia! Produksi garmen dalam negeri mengalami penurunan drastis hingga 700 ribu ton. Penyebabnya tak lain adalah maraknya impor pakaian bekas ilegal yang membanjiri pasar domestik.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta, mengungkapkan bahwa impor pakaian bekas termasuk dalam kategori ilegal. Data dari International Trade Center (ITC) Trademap menunjukkan adanya sekitar US$2 miliar atau Rp33,3 triliun impor tekstil dan produk tekstil (TPT) per tahun yang tidak tercatat dan dapat dikategorikan ilegal. Khusus untuk pakaian bekas, diperkirakan nilainya mencapai US$300 juta atau Rp5 triliun per tahun.

“Jika dikonversi ke volume, ada sekitar 900 juta piece per tahun,” ujar Redma kepada CNNIndonesia.com.

Dampak Mengerikan Pakaian Bekas Impor

Redma menjelaskan bahwa 900 juta piece pakaian impor tersebut setara dengan 180 juta ton. Jika yang laku terjual hanya 10 persen saja, berarti setara 18 juta ton. Sementara itu, kapasitas produksi garmen dalam negeri hanya 2,7 juta ton dengan produksi sekitar 2 juta ton.

“Maka industri kita produksinya turun 700 ribu ton karena terganggu dari penjualan pakaian bekas impor yang sebesar 18 juta ton,” tegasnya.

Penurunan produksi ini tentu berdampak besar bagi industri garmen dalam negeri, mulai dari penurunan omzet, pengurangan tenaga kerja, hingga potensi penutupan pabrik.

Pemerintah Bertindak Tegas Tutup Akses Pakaian Bekas Ilegal

Melihat kondisi yang semakin memprihatinkan, pemerintah mengambil tindakan tegas untuk menutup akses masuk barang-barang bekas ilegal, termasuk pakaian balpres. Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, meminta jajaran Bea Cukai untuk memperketat pengawasan dan menindak tegas pelaku impor ilegal.

Baca Juga:
Cikuasa Atas ‘Mati Suri’: Dampak Penutupan Jalan ke Pelabuhan Merak

“Banyak barang-barang yang ilegal, yang balpres itu semua. Kita akan tutup, supaya industri domestik dan tekstil domestik bisa hidup,” tegasnya.

Purbaya menilai protes dari sebagian pihak merupakan hal wajar, namun pemerintah akan tetap menjalankan kebijakan ini secara konsisten. Ia menekankan bahwa perlindungan terhadap industri lokal adalah langkah awal untuk memperkuat basis ekonomi nasional sebelum bersaing di pasar ekspor.

“Kalau tekstil kita mau hidup, kita harus buat domestic base yang kuat. Nanti kalau mereka makin kuat, daya saingnya makin bagus, baru kita serang ke luar negeri,” ujarnya dengan optimisme.

Langkah tegas pemerintah ini diharapkan dapat memberikan angin segar bagi industri garmen dalam negeri dan memulihkan kembali produksi yang sempat anjlok akibat serbuan pakaian bekas impor ilegal.

Menyadari kondisi yang kian memprihatinkan, pemerintah mengambil langkah tegas untuk menutup celah masuknya barang-barang bekas ilegal, termasuk pakaian balpres. Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, menginstruksikan jajaran Bea Cukai untuk meningkatkan pengawasan dan menindak tegas para pelaku impor ilegal.

“Banyak barang ilegal, termasuk balpres. Kita akan tutup aksesnya, demi menghidupkan kembali industri domestik dan tekstil,” tegasnya.

Purbaya menyadari adanya protes dari berbagai pihak, namun pemerintah akan tetap konsisten menjalankan kebijakan ini. Ia menekankan bahwa perlindungan terhadap industri lokal adalah fondasi awal untuk memperkuat ekonomi nasional sebelum bersaing di kancah ekspor.

“Jika kita ingin industri tekstil kita berjaya, kita harus membangun basis domestik yang kuat. Ketika mereka semakin kuat dan daya saingnya meningkat, barulah kita bisa ekspansi ke pasar luar negeri,” ujarnya dengan nada optimis.

Baca Juga:
Tragedi Radiasi di Cikande: Ternak Jadi Korban, Ganti Rugi Jadi Penyelamat!

Langkah tegas pemerintah ini diharapkan dapat menjadi angin segar bagi industri garmen dalam negeri dan memulihkan produksi yang sempat terpuruk akibat serbuan pakaian bekas impor ilegal. Namun, tantangan yang dihadapi masih besar dan membutuhkan dukungan dari semua pihak untuk mewujudkan industri garmen yang kuat dan berdaya saing.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *