Pare untuk asam urat sering disebut-sebut sebagai solusi alami yang mudah didapatkan, karena banyak orang percaya rasa pahitnya bisa membantu menurunkan kadar asam urat.
Namun, sebelum Anda rutin mengonsumsi pare untuk tujuan ini, penting mengetahui fakta medis, keamanan, serta risikonya. Pare adalah sayuran yang sudah lama digunakan dalam pengobatan tradisional di Indonesia dan negara Asia lainnya.
Banyak orang mengaitkan konsumsi pare dengan penurunan kadar asam urat karena kandungan antioksidan serta senyawa aktif di dalamnya. Meski demikian, keraguan tentang efektivitas pare untuk asam urat masih cukup tinggi, terutama terkait keamanannya jika digunakan dalam jangka panjang atau berlebihan.
Sejauh ini, penelitian tentang pare untuk asam urat kebanyakan masih dilakukan di laboratorium atau pada hewan percobaan.
Hasilnya menunjukkan, ekstrak pare memiliki kandungan antioksidan seperti vitamin C, polifenol, dan flavonoid, yang bisa membantu mengurangi stres oksidatif tubuh. Stres oksidatif ini berperan dalam peradangan dan dapat memperburuk kondisi seperti asam urat. Beberapa studi pada hewan menemukan bahwa pare dapat membantu menurunkan kadar asam urat dalam darah.
Mekanismenya diduga terkait dengan senyawa aktif dalam pare yang mampu menghambat enzim xantin oksidase, yaitu enzim yang berperan dalam pembentukan asam urat. Dengan menghambat enzim ini, pembentukan asam urat di dalam tubuh bisa berkurang.
Namun, penting untuk diketahui bahwa penelitian pare untuk asam urat masih sangat terbatas pada hewan, seperti tikus percobaan, dan hasilnya belum tentu sama pada manusia.
Baca Juga:
Sentuh Langsung Masyarakat, Tinawati Pacu Posyandu 6 SPM di Banten!
Selain itu, meski kandungan vitamin C dalam pare disebut-sebut bisa membantu menurunkan asam urat, efeknya tidak sebesar konsumsi suplemen vitamin C yang sudah terbukti melalui penelitian klinis.
Sementara itu, manfaat detoksifikasi tubuh yang sering dikaitkan dengan pare juga belum terbukti secara ilmiah mampu mengatasi kadar asam urat tinggi. Sebagai kesimpulan, Anda boleh saja mengonsumsi pare untuk asam urat sebagai pelengkap menu sehat karena kandungan gizinya bermanfaat bagi tubuh.
Namun, untuk pengelolaan asam urat secara medis, tetap utamakan anjuran dokter, pola makan rendah purin, rutin minum obat jika diresepkan, serta perhatikan gaya hidup sehat. Jangan hanya mengandalkan pare untuk asam urat, karena efektivitas sebenarnya belum terbukti jelas pada manusia.
Sebelum rutin mengonsumsi pare untuk asam urat, berikut beberapa hal yang wajib diperhatikan: Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum rutin makan pare untuk asam urat, terutama jika Anda sedang menjalani pengobatan. Jangan gunakan pare untuk menggantikan obat dokter atau pola makan rendah purin.
Konsumsi pare secukupnya, misalnya 1–2 kali seminggu sebagai sayuran. Amati reaksi tubuh setelah makan pare dan hentikan jika muncul gejala yang menimbulkan ketidaknyamanan. Walau umumnya aman dalam porsi makanan, pare yang dikonsumsi berlebihan bisa menimbulkan efek samping, seperti mual, muntah, diare, atau sakit perut.
Selain itu, konsumsi pare terlalu banyak juga dapat membuat gula darah turun secara drastis, terutama pada penderita diabetes. Penting diperhatikan pula bahwa keamanan konsumsi pare dalam jumlah banyak belum diketahui untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak. Jadi, konsumsinya perlu dihindari, kecuali atas saran dokter.
Pare untuk asam urat memang memiliki potensi manfaat. Namun, bukti ilmiah pada manusia masih terbatas. Pola makan rendah purin dan gaya hidup sehat yang sudah terbukti efektif tetap harus menjadi prioritas utama untuk mencegah serangan asam urat. Jadi, jangan jadikan pare satu-satunya solusi untuk asam urat Anda.
Baca Juga:
Pengedar Sabu Bungkus Permen Mickey Mouse Dicokok Polres Serang!
Jika ingin mencoba pare untuk asam urat sebagai variasi sayur, konsumsi sewajarnya dan selalu pantau kondisi tubuh Anda. Konsultasikan ke dokter jika asam urat tidak membaik, sering kambuh, atau bila Anda memiliki penyakit penyerta yang memerlukan perhatian khusus.



