JAKARTA – Kabar duka menyelimuti Keraton Solo. Raja Keraton Solo, Paku Buwana (PB) XIII, telah berpulang ke Rahmatullah pada hari Minggu (2/11/2025) dalam usia 77 tahun. Kepergian sang raja meninggalkan duka mendalam bagi keluarga keraton, masyarakat Solo, dan seluruh pecinta budaya Jawa.
Sesuai dengan adat dan tradisi yang berlaku, jenazah PB XIII rencananya akan dimakamkan di Imogiri, sebuah kompleks pemakaman yang menjadi tempat peristirahatan terakhir para raja dan bangsawan keturunan Mataram Islam.
“(Proses pemakaman) sedang mau dibicarakan, dirapatkan pagi ini. (Dikebumikan) di Imogiri,” kata KPH Eddy Wirabhumi, adik ipar almarhum, seperti dikutip dari detikJateng.
Eddy juga membocorkan bahwa pemakaman kemungkinan akan dilaksanakan pada hari Selasa, setelah Selasa Kliwon, sekitar pukul 13.00-14.00 WIB. Sebelum dimakamkan, jenazah PB XIII akan dibawa ke Keraton Solo dan ditempatkan di area belakang pendopo utama.
Makam Pajimatan Imogiri: Saksi Bisu Sejarah dan Spiritualitas Jawa
Imogiri, yang terletak di lereng Bukit Merak, Bantul, Yogyakarta, bukan sekadar kompleks pemakaman biasa. Di tempat ini, sejarah dan spiritualitas berpadu dalam keheningan yang megah, menciptakan suasana sakral yang memukau.
Masyarakat mengenalnya sebagai Makam Pajimatan Imogiri, peristirahatan terakhir para raja dan bangsawan keturunan Mataram Islam yang telah berdiri sejak abad ke-17. Kompleks makam ini dibangun atas perintah Sultan Agung Hanyokrokusumo, penguasa besar Mataram Islam, pada tahun 1632 Masehi.
Kini, kawasan sakral yang menjulang di atas bukit itu kembali menjadi perhatian publik. Makam yang dibangun oleh Sultan Agung itu direncanakan menjadi tempat peristirahatan bagi almarhum Sri Susuhunan Paku Buwana XIII, yang akan dimakamkan berdampingan dengan para leluhurnya.
Asal Usul Nama Imogiri: Gunung Berkabut yang Disucikan
Nama Imogiri berasal dari bahasa Sanskerta, hima berarti kabut dan giri berarti gunung. Maka, secara harfiah, Imogiri berarti gunung berkabut. Sementara itu, sebutan Pajimatan diambil dari kata jimat, yang berarti pusaka, melambangkan bahwa tanah tersebut dianggap suci dan memiliki kekuatan spiritual yang tinggi.
Menurut cerita, proyek pembangunan kompleks makam ini awalnya direncanakan di kawasan Giriloyo. Namun, lokasi tersebut dipindahkan ke Bukit Merak setelah pengawas proyek meninggal dunia sebelum pekerjaannya selesai. Dari situlah kemudian berdiri kompleks pemakaman megah yang kini dikenal sebagai Makam Raja-Raja Mataram Imogiri.
Filosofi Jawa: Kedekatan dengan Sang Pencipta di Puncak Bukit
Pemilihan lokasi di puncak bukit bukan tanpa alasan. Dalam filosofi Jawa, tempat tinggi dianggap suci dan merupakan simbol kedekatan manusia dengan Sang Pencipta. Di sanalah para raja Mataram bersemayam, menatap langit, seolah menyatu kembali dengan alam dan leluhur mereka.
Kompleks Makam Pajimatan Imogiri terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
– Bagian Pertama: Halaman depan yang luas, tempat para peziarah berkumpul dan mempersiapkan diri sebelum memasuki kompleks makam.
– Bagian Kedua: Bangunan utama yang terdiri dari beberapa makam raja-raja Mataram, termasuk makam Sultan Agung, Amangkurat I, dan Paku Buwana X.
Baca Juga:
Harga BBM Terbaru per 1 November! Pertamina Umumkan, Dexlite dan Pertamina DEX Naik!
– Bagian Ketiga: Kompleks makam para permaisuri dan kerabat kerajaan.
– Bagian Keempat: Masjid dan tempat peristirahatan bagi para peziarah.
Setiap bagian dari kompleks makam ini memiliki arsitektur yang unik dan kaya akan simbol-simbol filosofis Jawa. Ornamen-ornamen yang menghiasi bangunan makam mencerminkan kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut oleh para raja Mataram.
Tata Cara Ziarah di Imogiri: Penghormatan dan Adat yang Dijaga
Untuk menghormati kesucian tempat ini, para peziarah diwajibkan untuk mematuhi tata cara yang berlaku. Beberapa tata cara yang harus diikuti antara lain:
– Berpakaian sopan dan menutup aurat. Peziarah pria diwajibkan mengenakan pakaian adat Jawa lengkap dengan blangkon, sementara peziarah wanita mengenakan kebaya dan kain jarik.
– Melepas alas kaki. Sebelum memasuki kompleks makam, para peziarah harus melepas alas kaki sebagai tanda penghormatan.
– Berbicara dengan sopan dan tidak berteriak. Menjaga ketenangan dan kesunyian di dalam kompleks makam sangat dianjurkan.
– Tidak mengambil gambar atau video. Pengambilan gambar atau video di dalam kompleks makam dilarang untuk menjaga kesakralan tempat tersebut.
– Mengikuti arahan dari juru kunci. Juru kunci akan memberikan penjelasan mengenai sejarah dan tata cara ziarah di Imogiri.
Dengan mematuhi tata cara yang berlaku, para peziarah dapat memberikan penghormatan yang layak kepada para raja dan leluhur Mataram yang bersemayam di Imogiri.
Imogiri: Warisan Budaya yang Harus Dijaga Kelestariannya
Makam Pajimatan Imogiri bukan hanya sekadar tempat pemakaman, tetapi juga merupakan warisan budaya yang sangat berharga. Kompleks makam ini menyimpan sejarah panjang dan kaya akan nilai-nilai filosofis Jawa.
Oleh karena itu, kelestarian Imogiri harus dijaga dan dilestarikan oleh seluruh masyarakat. Pemerintah, masyarakat, dan pihak keraton harus bekerja sama untuk menjaga kebersihan, keamanan, dan keaslian kompleks makam ini.
Dengan menjaga kelestarian Imogiri, kita dapat menghormati para leluhur Mataram, melestarikan warisan budaya Jawa, dan menjadikan Imogiri sebagai destinasi wisata sejarah dan spiritual yang menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Baca Juga:
Pahami Dulu Perbedaan Kambing dan Domba Sebelum Beternak
Kehadiran PB XIII di Imogiri akan menambah nilai sejarah dan spiritual dari kompleks makam ini. Semoga arwah beliau diterima di sisi Allah SWT dan mendapatkan tempat yang layak di surga. Amin.



