Menu

Mode Gelap

Blog · 1 Nov 2025 10:58 WIB

Terobosan Mengerikan? AI Mampu Desain Virus, Dunia Harus Bersiap!


 Terobosan Mengerikan? AI Mampu Desain Virus, Dunia Harus Bersiap! Perbesar

JAKARTA – Dunia sains kembali dikejutkan dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat. Kecerdasan buatan (AI), yang selama ini dikenal membantu manusia dalam berbagai bidang, kini menunjukkan kemampuan yang lebih “kreatif”: merancang virus baru. Kabar ini tentu memicu perdebatan sengit di kalangan ilmuwan, antara potensi kemajuan bioteknologi yang revolusioner dengan ancaman penyalahgunaan yang mengerikan.

Para ilmuwan kini mulai memanfaatkan kekuatan akal imitasi (AI) untuk merancang virus baru yang berbeda dari strain atau varian yang sudah ada. Temuan ini membuka pintu bagi terciptanya bentuk kehidupan hasil desain teknologi, sebuah pencapaian yang luar biasa sekaligus menakutkan.

Di satu sisi, kemampuan ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan vaksin dan terapi yang lebih efektif dalam melawan penyakit. Namun, di sisi lain, muncul kekhawatiran akan potensi penyalahgunaan AI untuk menciptakan senjata biologis yang mematikan.

Salah satu penelitian yang menjanjikan adalah pengembangan bakteriofag, yaitu virus yang hanya menyerang bakteri. Tim peneliti berhati-hati memastikan bahwa model AI yang mereka gunakan tidak dapat menciptakan virus yang mampu menginfeksi manusia, hewan, maupun tumbuhan. Langkah ini sangat penting untuk mencegah terjadinya bencana biologis yang tidak diinginkan.

Namun, penelitian lain yang dipublikasikan di jurnal Science pada 2 Oktober 2025, mengungkapkan bahwa AI juga mampu menembus langkah-langkah keamanan yang dirancang untuk mencegah pengembangan senjata biologis.

Dalam studi tersebut, peneliti dari Microsoft menemukan bahwa sistem AI dapat mengakali mekanisme pemesanan bahan kimia berbahaya dari penyedia laboratorium. Temuan ini menunjukkan betapa rentannya sistem keamanan yang ada saat ini terhadap serangan AI.

Setelah menemukan celah tersebut, tim peneliti segera mengembangkan software patch untuk mengurangi risiko tersebut. Langkah cepat ini menunjukkan kesadaran dan tanggung jawab para peneliti dalam menghadapi potensi ancaman AI. Meski demikian, penggunaan sistem tersebut tetap membutuhkan keahlian teknis tinggi dan akses terbatas, sehingga risiko penyalahgunaan masih tetap ada.

Seorang mahasiswa doktoral di Stanford University, Sam King, turut meneliti kemampuan AI dalam merancang bakteriofag baru untuk melawan bakteri penyebab infeksi. Penelitian King bersama pembimbingnya, Brian Hie, yang juga asisten profesor teknik kimia, dipublikasikan di basis data bioRxiv pada September 2025, meski belum melalui proses peer review. Penelitian ini menunjukkan bahwa AI dapat menjadi alat yang ampuh dalam mengembangkan terapi baru untuk melawan infeksi bakteri yang resistan terhadap antibiotik.

“Metode ini saat ini masih sangat menantang dan membutuhkan banyak keahlian serta waktu,” ujar King, dikutip dari Live Science pada Selasa, 7 Oktober 2025. “Kami merasa hal ini belum menurunkan ambang kesulitan untuk aplikasi yang lebih berbahaya.”

Pernyataan King ini menunjukkan bahwa meskipun AI memiliki potensi yang besar, masih ada tantangan teknis yang perlu diatasi sebelum AI dapat digunakan untuk merancang virus yang lebih kompleks dan berbahaya.

Langkah pengamanan dalam penelitian tersebut mencakup penghapusan data virus yang menginfeksi manusia dari pelatihan AI serta pengujian tambahan untuk memastikan model tidak menghasilkan urutan genetik berbahaya. Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen para peneliti untuk meminimalkan risiko penyalahgunaan AI.

Virus AI Butuh Pengawasan Ekstra Ketat

Baca Juga:
Training Plan Lari 5K Pemula: Jadwal Lengkap, Tips, dan Trik!

Meski demikian, sejumlah pakar menilai regulasi keamanan di bidang ini belum sejalan dengan pesatnya perkembangan teknologi. Tina Hernandez-Boussard, profesor kedokteran di Stanford University School of Medicine yang menjadi konsultan keamanan riset tersebut, mengingatkan bahwa AI dapat menembus batas pengaman jika tidak dikontrol dengan ketat. Peringatan ini sangat penting untuk menjadi perhatian bagi para pembuat kebijakan dan regulator.

“Kita harus ingat bahwa model ini dirancang untuk memiliki kinerja tertinggi, jadi begitu diberi data pelatihan, mereka bisa menembus sistem pengaman,” katanya.

Pernyataan Hernandez-Boussard ini menekankan bahwa AI memiliki potensi yang sangat besar, namun juga sangat rentan terhadap penyalahgunaan jika tidak dikontrol dengan baik.

Sejumlah negara mulai menyiapkan langkah antisipatif. Pemerintah Amerika Serikat, melalui perintah eksekutif pada 2023, menekankan pentingnya evaluasi keamanan AI dan kebijakan mitigasi risiko. Di Inggris, lembaga AI Security Institute juga tengah mengembangkan standar untuk mencegah penyalahgunaan teknologi tersebut. Langkah-langkah ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menghadapi potensi ancaman AI di bidang bioteknologi.

Menurut King, meski AI secara teori mampu merancang genom baru untuk menciptakan bentuk kehidupan, belum ada metode yang mudah mengubah rancangan itu menjadi organisme hidup di laboratorium.

Pernyataan ini memberikan sedikit harapan bahwa risiko penyalahgunaan AI untuk menciptakan senjata biologis masih relatif rendah. Namun, hal ini tidak boleh membuat kita lengah, karena perkembangan teknologi terus berjalan dengan cepat.

“Ada peran bagi pendana, penerbit, industri, dan akademisi,” ujar Hernandez-Boussard. “Seluruh komunitas multidisipliner ini harus turut memastikan adanya evaluasi keamanan yang memadai.”

Pernyataan Hernandez-Boussard ini menekankan pentingnya kolaborasi dan koordinasi antar berbagai pihak untuk memastikan keamanan dan etika dalam pengembangan dan pemanfaatan AI di bidang bioteknologi.

Penting untuk diingat bahwa AI hanyalah alat. Seperti alat lainnya, AI dapat digunakan untuk tujuan yang baik atau buruk, tergantung pada niat dan tindakan penggunanya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengembangkan regulasi dan standar etika yang ketat untuk memastikan bahwa AI digunakan untuk kepentingan manusia, bukan untuk menghancurkannya.

Selain itu, penting juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang potensi dan risiko AI. Dengan pemahaman yang lebih baik, masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif dalam perdebatan tentang bagaimana AI harus dikembangkan dan digunakan.

Kemampuan AI untuk merancang virus baru adalah terobosan yang menjanjikan sekaligus menakutkan. Kita harus berhati-hati dalam mengembangkan dan memanfaatkan teknologi ini, dan memastikan bahwa kita mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah penyalahgunaannya.

Dengan regulasi yang tepat, etika yang kuat, dan kesadaran masyarakat yang tinggi, kita dapat memanfaatkan potensi AI untuk kemajuan bioteknologi, sambil meminimalkan risiko yang terkait dengannya.

Baca Juga:
KUR 2025: Modal Usaha Mudah, Bunga Ringan! Simak Syarat dan Cara Mendapatkannya!

Saat ini, kita berada di persimpangan jalan. Pilihan yang kita buat hari ini akan menentukan masa depan bioteknologi dan kemanusiaan. Mari kita pilih jalan yang bijak, jalan yang mengutamakan keselamatan, etika, dan kemajuan bersama.

Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Mengatasi Bullying Menurut Syariat Islam

12 November 2025 - 20:17 WIB

Ilmuwan ITB Sulap Sekam Padi Jadi Emas! Raih Habibie Prize 2025 dengan Inovasi Zeolit!

12 November 2025 - 19:52 WIB

Membangun Rumah Impian: Pilih Bata Merah, Bata Ringan, atau Batako? Ini Kata Ahli!

12 November 2025 - 19:11 WIB

Kontroversi Soeharto Jadi Pahlawan, Munir Justru Terlupakan?

12 November 2025 - 10:01 WIB

Hindari Mobil “Matel On”! Pedagang Bongkar Alasan, Ini Cara Aman Beli Mobil Bekas Impian

12 November 2025 - 09:00 WIB

Mochtar Kusumaatmadja: Pahlawan Diplomasi yang Mengubah Peta dan Hukum Indonesia

12 November 2025 - 07:23 WIB

Trending di Blog