JAKARTA – Kabut duka menyelimuti pegunungan Himalaya, tepatnya di puncak Yalung Ri, Nepal Timur. Longsoran salju dahsyat telah merenggut nyawa setidaknya tiga orang pendaki, dan meninggalkan empat lainnya hilang dalam dinginnya pegunungan.
Tragedi ini menambah daftar panjang kisah pilu di Himalaya, yang setiap tahunnya memakan korban jiwa akibat ganasnya alam.
Peristiwa nahas ini terjadi pada Senin pagi (3 November 2025) waktu setempat, ketika longsoran salju menghantam sebuah base camp yang dihuni oleh 12 orang pendaki. Dari jumlah tersebut, tiga dinyatakan tewas, terdiri dari dua warga Nepal dan seorang warga negara asing.
Sementara itu, empat pendaki asing lainnya dilaporkan hilang, dan hingga kini belum ditemukan.
“Longsoran salju menghantam sekelompok pendaki di puncak Yalung Ri. Tiga orang tewas, dan empat lainnya hilang,” ujar pejabat senior kepolisian di distrik Dolakha, Gyan Kumar Mahato, dengan nada prihatin.
Identitas para korban tewas dan pendaki yang hilang belum dirilis secara resmi. Pihak berwenang masih berupaya melakukan identifikasi dan menghubungi keluarga korban. Namun, yang pasti, tragedi ini meninggalkan luka mendalam bagi keluarga dan kerabat yang ditinggalkan.
Upaya penyelamatan dan pencarian korban sempat terkendala oleh cuaca buruk di distrik Dolakha. Kabut tebal dan salju yang terus turun membuat helikopter sulit untuk mencapai lokasi kejadian.
Namun, berkat kegigihan tim SAR, sebuah helikopter akhirnya berhasil mendarat di lokasi, dan operasi pencarian dan penyelamatan akan dilanjutkan pada Selasa pagi.
“Cuaca buruk sempat menunda upaya penyelamatan, namun helikopter kini telah mendarat di lokasi. Operasi pencarian dan penyelamatan akan terus dilakukan,” kata Mahato.
Yalung Ri, dengan ketinggian mencapai lebih dari 5.600 meter di atas permukaan laut, merupakan salah satu puncak populer di Nepal bagi para pendaki gunung.
Namun, gunung ini juga dikenal memiliki jalur pendakian yang berbahaya, dengan risiko longsor salju yang tinggi.
Baca Juga:
Peredaran Obat Terlarang Marak di Tangsel, Aktivis Tantang Aparat Bersih-Bersih: Masa Depan Remaja Terancam!
Nepal, yang dikenal sebagai “Atap Dunia”, merupakan rumah bagi 10 puncak tertinggi di dunia, termasuk Gunung Everest. Setiap tahunnya, ratusan pendaki dan trekker dari berbagai negara berbondong-bondong datang ke Nepal untuk menaklukkan puncak-puncak Himalaya.
Namun, pendakian di Himalaya bukanlah tanpa risiko. Ganasnya alam, cuaca ekstrem, dan medan yang berat seringkali menjadi ancaman bagi para pendaki.
Musim gugur di pegunungan Himalaya kurang populer dibandingkan musim semi, karena hari-hari yang lebih pendek dan dingin, medan bersalju, dan jendela puncak yang sempit. Namun, hal ini tidak menyurutkan minat para pendaki untuk mencoba menaklukkan puncak-puncak Himalaya di musim gugur.
Tragedi longsor salju di Yalung Ri ini terjadi hanya beberapa hari setelah Siklon Montha memicu hujan lebat dan salju di Nepal, membuat para pendaki dan wisatawan terlantar di rute-rute pendakian Himalaya yang populer. Selain itu, dua pendaki Italia juga dilaporkan hilang saat mendaki puncak terpencil di Nepal barat.
Rangkaian kejadian ini menjadi pengingat bagi kita semua akan bahaya yang mengintai di pegunungan Himalaya. Para pendaki harus selalu berhati-hati dan mempersiapkan diri dengan matang sebelum melakukan pendakian.
Pihak berwenang juga perlu meningkatkan pengawasan dan memberikan informasi yang akurat kepada para pendaki tentang kondisi cuaca dan potensi bahaya di pegunungan.
Kisah pilu di Yalung Ri ini bukan hanya sekadar berita tentang longsor salju dan korban jiwa. Lebih dari itu, ini adalah kisah tentang impian yang pupus, keberanian yang diuji, dan kekuatan alam yang tak tertandingi.
Ini adalah pengingat bahwa alam memiliki kekuatan yang luar biasa, dan kita sebagai manusia harus menghormati dan berhati-hati dalam menghadapinya.
Semoga para korban tewas mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Semoga para pendaki yang hilang segera ditemukan dalam keadaan selamat. Dan semoga tragedi ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih menghargai alam dan keselamatan diri.
Di tengah dinginnya pegunungan Himalaya, harapan dan doa terus dipanjatkan. Harapan agar para korban segera ditemukan, dan doa agar tragedi serupa tidak terulang kembali.
Baca Juga:
OTT KPK: Gubernur Riau Abdul Wahid Terjerat Kasus Apa?
Himalaya, dengan segala keindahan dan keangkerannya, akan terus menjadi saksi bisu dari kisah-kisah manusia yang berani menantang maut demi meraih impian.









