MAGELANG – Para pendaki gunung di Indonesia baru-baru ini dibuat heboh dengan beredarnya video viral yang memperlihatkan jalur pendakian Gunung Sumbing dipagari kawat berduri! Sontak, video ini memicu perdebatan sengit di media sosial. Apa sebenarnya yang terjadi di balik pemagaran kontroversial ini?
Video viral tersebut diunggah oleh akun Instagram @pendaki_gunung. Dalam keterangannya, akun tersebut menulis: “Serius sekarang diganti dengan kawat berduri? Menurut pemilik video, langkah ini dilakukan untuk mencegah para pendaki keluar jalur atau melewati pembatas, agar sabana di sana tidak rusak dan di tengah jalur sudah dipasang tali untuk berpegangan. Gimana menurut kalian?”
Dalam video tersebut, terlihat papan nama bertuliskan ‘Maaf hanya hewan/monyet yang melintasi kawat pembatas’. Papan ini dipasang di sabana atau berada di pembatas kawat berduri. Kawat berduri ini dipasang baik di sisi kanan maupun kiri jalur pendakian.
Sontak, unggahan ini langsung dibanjiri komentar dari para netizen. Ada yang pro, ada yang kontra. Ada yang mendukung langkah tersebut demi kelestarian alam, namun ada pula yang merasa hak mereka sebagai pendaki telah dilanggar.
Pengelola Jalur Pendakian Buka Suara
Untuk mengklarifikasi kehebohan ini, detikTravel menghubungi Ketua Forum Pengelola Gunung Sumbing (FPGS), Lilik Setyawan. Lilik membenarkan adanya pemasangan kawat berduri tersebut.
“Ya, betul. Itu jalur anggota kami via base camp Gajah Mungkur, Desa Lamuk, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo,” kata Lilik.
Lilik menjelaskan bahwa pemasangan kawat berduri tersebut bertujuan untuk membatasi akses jalur pendakian yang melebar ke Sabana.
“Karena namanya sabana itu kan sangat menarik perhatian para pendaki. Jadi agar ekosistem masih terawat, terjaga, tidak terakses secara sembarangan atau tidak ada batasannya,” sambung Lilik.
Pemasangan kawat berduri ini, kata Lilik, sudah berlangsung sekitar dua bulan yang lalu. Awalnya, pengelola hanya memasang tali biasa. Namun, karena tali tersebut kurang efektif, akhirnya diputuskan untuk menggantinya dengan kawat berduri.
“Karena itu kan mereka jalur baru. Jadi memang membuat jalur itu dari awal, termasuk camp areanya juga sudah apa ya, ada pembatasan, walaupun baru,” ujar Lilik yang juga pengelola Basecamp Butuh, Kaliangkrik, Kabupaten Magelang.
Lilik menambahkan bahwa pemasangan kawat berduri ini dilakukan di sekitaran Sabana, tepatnya di Pos 3. Panjang kawat berduri yang dipasang kurang lebih seratusan meter.
Untuk pemasangan, kata Lilik, dilakukan oleh pengelola base camp Pemuda Mandiri, Desa Lamuk, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo.
“Maksud mereka benar untuk membatasi akses biar pendaki tidak terlalu bebas sembarangan melebar ke kanan atau ke kiri. Betul (dibatasi). Karena kan sangat menarik perhatian untuk foto segala macam. Nanti daripada rusak (sabana), kan eman-eman (sayang), terus dibatasi,” bebernya.
Pemasangan Kawat Berduri Kesepakatan Bersama?
Lilik juga menegaskan bahwa pemasangan kawat berduri ini sudah disosialisasikan dan disepakati bersama dalam forum FPGS.
“Itu kan sudah menjadi kesepakatan kami untuk pembatasan area-area di manapun tempat semua jalur,” kata Lilik.
Lilik menyebutkan bahwa saat ini setidaknya ada 12 base camp yang aktif di sekitar Gunung Sumbing, baik di wilayah Magelang, Temanggung, maupun Wonosobo. Dia mengimbau para pendaki untuk mempersiapkan pendakian dengan matang, ekstra hati-hati, dan waspada.
“Peralatan komplet, fisik oke, dari mantel (jas hujan) segala macam, baju ganti. Terus tambahi plastik untuk bungkus peralatan yang dibawa untuk antisipasi nanti kalau basah biar (hujan) masih aman di dalam,” tambahnya.
Baca Juga:
Pickleball: Olahraga Kekinian yang Bikin Sehat Fisik & Mental! Apa Saja Manfaatnya?
Lilik juga mengingatkan para pendaki untuk tidak membuang sampah sembarangan di gunung.
“Itu wajib (tidak boleh buang sampah sembarangan). Untuk sampah nanti setelah turun diserahkan, dilaporkan secara jumlah. Pertama (naik jumlah barang) dihitung logistiknya, nanti turun otomatis ketemu jumlah sampahnya,” pungkas Lilik.
Pro Kontra di Kalangan Pendaki
Pemasangan kawat berduri di jalur pendakian Gunung Sumbing ini tentu saja memicu pro dan kontra di kalangan pendaki. Ada yang mendukung langkah ini sebagai upaya untuk menjaga kelestarian alam, namun ada pula yang merasa tidak nyaman dan terganggu dengan adanya kawat berduri tersebut.
“Menurut saya, pemasangan kawat berduri ini adalah langkah yang tepat untuk melindungi sabana Gunung Sumbing dari kerusakan. Kita sebagai pendaki harus sadar diri untuk menjaga kelestarian alam. Jangan sampai kita hanya menikmati keindahannya saja, tapi tidak bertanggung jawab untuk menjaganya,” ujar salah seorang pendaki yang mendukung pemasangan kawat berduri tersebut.
Namun, ada pula pendaki yang merasa tidak nyaman dengan adanya kawat berduri tersebut. “Menurut saya, pemasangan kawat berduri ini terlalu berlebihan. Seharusnya, pengelola bisa mencari cara lain yang lebih manusiawi untuk menjaga sabana Gunung Sumbing. Misalnya, dengan memberikan edukasi kepada para pendaki atau dengan memperketat pengawasan,” ujar pendaki lainnya.
Apa Kata Netizen?
Reaksi netizen terhadap pemasangan kawat berduri di jalur pendakian Gunung Sumbing ini juga beragam. Ada yang mendukung, ada yang mencibir, dan ada pula yang memberikan saran.
“Mantap! Salut sama pengelola yang berani mengambil langkah tegas untuk menjaga kelestarian alam. Semoga langkah ini bisa diikuti oleh pengelola gunung-gunung lainnya,” tulis salah seorang netizen.
“Kawat berduri? Serius? Udah kayak penjara aja. Gak nyaman banget buat pendakian,” tulis netizen lainnya.
“Mungkin bisa diganti dengan pagar kayu atau tanaman pagar. Lebih ramah lingkungan dan gak kelihatan serem,” saran netizen lainnya.
Pesan untuk Para Pendaki
Terlepas dari pro dan kontra yang ada, satu hal yang pasti adalah kita sebagai pendaki harus memiliki kesadaran untuk menjaga kelestarian alam. Kita harus bertanggung jawab untuk tidak merusak lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, dan tidak keluar dari jalur pendakian yang telah ditentukan.
Jika kita semua memiliki kesadaran seperti itu, maka pemasangan kawat berduri atau pembatasan lainnya tidak akan diperlukan lagi. Kita bisa menikmati keindahan alam Gunung Sumbing dengan nyaman dan bertanggung jawab.
Baca Juga:
Rahasia Awet Muda Terungkap: 8 Makanan Tinggi Kolagen untuk Cegah Penuaan Dini
Jadi, mari kita jadikan Gunung Sumbing sebagai contoh bagaimana kita bisa menjaga kelestarian alam sambil tetap menikmati keindahannya. Dengan kerjasama dan kesadaran, kita bisa menciptakan pendakian yang aman, nyaman, dan berkelanjutan!









